Proyek Pembangunan Perumahan di Batam Ancam Lingkungan, Pengamat dan Aktivis Wanti-wanti Potensi Banjir di Sandona

Proyek Pembangunan Perumahan di Batam Ancam Lingkungan, Pengamat dan Aktivis Wanti-wanti Potensi Banjir di Sandona

Kondisi tanah di perumahan Sandona Batam yang turun akibat proyek Artha Batam. (Foto: Batamnews)

Batam, Batamnews - Dampak lingkungan atas pengerjaan proyek pembangunan perumahan di sebelah perumahan Sandona, Tiban Indah, Batam sudah mulai dirasakan oleh warga sekitar.

Saat ini diketahui sudah terdapat enam unit rumah pada cluster Millazo Sandona yang mengalami penurunan tanah pada lantai dan jalan perumahan, kerusakan di bagian dinding rumah mengalami keretakan, dan dikhawatirkan apabila tidak segera ditangani oleh pemerintah kota Batam dan pihak pengembang rumah warga akan mengalami longsor. 

Insiden ini mendapat sorotan dari pengamat dan aktivis lingkungan hidup di kota Batam, Azhari Hamid sebagai Ketua Umum DPP Masyarakat Laut dan Lingkungan Hidup Indonesia.

Pada tanggal 26 Maret 2024 lalu, Azhari Hamid memberikan pandangannya kepada batamnews.co.id perihal adanya rencana penimbunan hutan bakau dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitar kawasan Sei Ladi untuk pembangunan proyek perumahan oleh PT Rio Wahana Perkasa (RWP).

Baca juga: Warga Sandona Keluhkan Dampak Lingkungan Pengerjaan Proyek Artha Batam Sanctuary

Menurut Azhari Hamid, rencana penimbunan dan pemangkasan hutan bakau ini jika benar-benar dilakukan oleh pengembang tentunya akan berefek pada curah air hujan yang selama ini mengalir di DAS tersebut akan membuat jalur baru. Sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan banjir serta efek kerusakan jalan di perumahan Sandona pada tahap yang lebih lanjut dan serius.

"Dampaknya jelas, air yang seharusnya memanfaatkan kan sungai tersebut akan mencari jalurnya sendiri, banjir akibatnya dan kerusakan jalan pada tahap lebih lanjut," kata dia.

Dalam analisanya, terdapat kerancuan dalam strategi pembangunan yang dilakukan oleh pengembang karena tidak memperhatikan dampak-dampak dan/atau efek domino dari rencana penimbunan ini.

Sehingga, apabila tidak dikontrol oleh pihak terkait akan terjadi kengawuran dalam proses penimbunan tersebut dan membahayakan terhadap warga yang tinggal di perumahan Sandona. 

Baca juga: Rizal, Pemuda Mandailing Berjuang Merintis Usaha Pukis di Batam

Terlebih, lokasi perumahan Sandona merupakan daerah yang rendah dibandingkan dengan daerah Pom Bensin Taman Baloi, Ruko-ruko di Taman Baloi dan Kampus Universitas Internasional Batam (UIB).

"Lokasi depan Sandona itu lebih rendah dibandingkan lokasi sekitarnya. Bisa saja efek banjir itu berakibat fatal terhadap perumahan tersebut karena sebelum ditimbun kan Sandona merupakan area bantaran dari sungai," menurut mantan anggota BAPEDAL kota Batam tersebut.

Demi mengantisipasi hal tersebut, Azhari Hamid memberikan saran kepada pihak pengembang untuk membuat sumur resapan dalam jumlah yang cukup banyak untuk menampung volume air yang meningkat atas curah hujan agar tidak menimbulkan dampak lingkungan yang lebih buruk.

"Saran terbaik membuat banyak sumur resapan disekitar lokasi tersebut, agar volume air yang meningkat dapat ditampung oleh sumur resapan dan tidak menimbulkan dampak yang buruk," kata dia.

Baca juga: Kebakaran di Tanjungpinang, Rumah Kosong di Gang Karet I Hangus Terbakar

Sementara itu, Hendrik Hermawan selaku founder Akar Bhumi Indonesia (ABI) mengungkapkan tentang urgensi kerusakan lingkungan yang terjadi akibat masifnya pembangunan di kota Batam yang sedang berjalan.

Kata dia, krisis air dan hutan bakau sebagai penyaring oksigen di Batam saat ini masih belum menemukan solusi. Dengan adanya rencana pembangunan oleh pengembang tersebut membuat Batam semakin krisis akan lingkungan.

"Kota Batam ini krisis masalah air, hutan bakau. Pembangunan yang dilakukan akan semakin menyebabkan krisis lingkungan semakin membesar," ujarnya.

Apalagi, rencana pengembangan proyek ini akan melakukan penimbunan DAS yang dikhawatirkan akan menimbulkan krisis air berkepanjangan di Batam. Ia menilai, dalam sebuah proses pembangunan harusnya lebih mengutamakan persoalan etika lingkungan.

Baca juga: Oknum TNI AD Pratu FS Jadi Tersangka Kasus Pembunuhan Janda Muda di Karimun

Untuk itu, kata dia, penggiat lingkungan ABI akan melihat dan menganalisa terlebih dahulu kondisi saat ini dan dampak-dampak lainnya yang akan terjadi.

"Kita akan lihat dulu, bagaimana situasi kondisi serta dampak yang nantinya terjadi," ungkapnya.

(CR2)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews