Ini Kisah Kepala BIN Bujuk Kelompok Bersenjata Din Minimi di Pedalaman Aceh

Ini Kisah Kepala BIN Bujuk Kelompok Bersenjata Din Minimi di Pedalaman Aceh

Dokumentasi BIN. (istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso‎ ‎menjemput langsung pemimpin kelompok bersenjata Aceh, Nurdin bin Ismail alias Din Minimi, dari persembunyiannya di hutan pedalaman Aceh Timur. Tidak hanya Din Minimi, sebanyak 120 anggotanya juga menyerahkan diri.‎

Sutiyoso mengatakan, negosiasi dengan kelompok Nurdin bin Ismail alias Din Minimi layaknya meminang gadis. Pasalnya, selain meminta mereka agar menyerah, kelompok Din Minimi juga memberikan lima tuntutan kepada pemerintah.

"(Negosiasi) seperti meminang gadis lah. Semua tuntutan saya urus, tapi perlu waktu. Sepanjang tuntutan itu rasional, saya rasa tidak masalah," ujar Sutiyoso di ruang VIP, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (29/12/2015).

Adapun kelima poin tuntutan mereka, pertama, meminta reintegerasi perjanjian Helsinki diperhatikan. Kedua, nasib yatim piatu terutama keluarga eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diberi perawatan.

"Ketiga, janda-janda diberikan kesejahteraan," ujarnya.

Selanjutnya, mereka meminta agar KPK turun ke Aceh lantaran dinilai ada sesuatu yang tidak benar dalam pengelolaan APBD. Terakhir, dalam gelaran Pilkada Aceh 2017, kelompok Din Minimi meminta adanya peninjau independen.

"Saya pikir, permintaan mereka semua rasional, dan bisa diselesaikan oleh pemerintahan daerah," tukas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Bang Yos, sapaan Sutiyoso mengatakan, butuh waktu kurang lebih sebulan untuk membuat Din Minimi dan anak buahnya menyerahkan diri.

"Dalam satu bulan itu, saya intens komunikasi dengan Din Minimi, melalui komunikasi dengan dia, saya gunakan pihak lain yang punya akses. Kami intens berkomunikasi," ucap Bang Yos.

Dalam pembicaraan tersebut, akhirnya Bang Yos dan Din Minimi sepakat untuk bertemu di sebuah desa di wilayah pedalaman yang menjadi basis Din Minimi dan anggotanya. Bang Yos menggambarkan, desa tersebut berada di wilayah pegunungan dan cukup jauh dari wilayah perkotaan.
 
"Untuk menuju ke sana, ‎saya terbang ke Lhokseumawe, dari kota saya menuju ke sana butuh waktu 3 sampai 4 jam. Setelah jalan raya saya belok ke kanan sulit sekali aksesnya. Lewat kebun-kebun, perkampungan kecil, dan jalannya rusak," ucap Bang Yos.

Dalam pertemuan tersebut, Bang Yos hanya didampingi dua orang yakni ajudan dan staf. Bang Yos mengaku tidak membawa rombongan lebih banyak dalam pertemuan tersebut karena permintaan dari pihak Din Minimi.

"Itu permintaan dari mereka. Oke, saya turuti permintaan mereka, akhirnya saya hanya didampingi oleh dua orang. Saya ikuti saja apa mau mereka," kata Bang Yos.

Dalam perjalanan selama melintas di desa yang tempatnya dirahasiakan itu, Bang Yos merasa dirinya selalu diawasi oleh pihak Din Minimi.

Namun kala itu, Bang Yos meyakini pihak Din Minimi tidak akan melanggar perjanjian yang telah dibuat. Sampai akhirnya mereka pun tiba di sebuah tempat dan langsung disambut oleh Din Minimi dan puluhan anggotanya.

"‎Dalam perjalanan, saya hanya bertiga dan dikawal, semua bawa senjata jenis AK. Saya bolak balik diberhentikan, saya ikuti saja. Ujungnya saya ketemu Din Minimi. Dalam diskusi dan dia menawarkan, "apakah bapak berkenan ke rumah saya?", oke saya ikuti, dan seluruh anggota (Din Minimi) ikut. Kita konvoi ke sana, bicara sambil makan, sampai tengah malam," ujar dia.

Menurut Bang Yos, banyak hal yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut, termasuk meyakinkan Din Minimi bahwa apa yang diperjuangkan selama ini dengan melawan pemerintah melalui senjata merupakan hal yang salah. ‎

"Saya membaca psikologis dia, saya yakinkan dia ini perjuangan harus ada titik akhir. Tuntutan kamu sudah saya akomodir, tapi kalau pun senjata masih kalian bawa kalian akan dicari polisi," kata Sutiyoso.

Setelah berbicara panjang lebar hingga larut malam, akhirnya Bang Yos berhasil meyakinkan Din Minimi untuk menyerahkan diri dan senjata yang dimilikinya kepada pemerintah. Total ada 15 senjata api dari berbagai jenis yang diserahkan Din Minimi kepada BIN. ‎

"Akhirnya sepakat, Din ini yang sudah saya tahu wibawa dia dan kepatuhannya luar biasa, saya kalau bawa dia, anak buahnya pasti ikut. Itu terjadi tadi pagi, setelah diapelkan tadi pagi, pakai Bahasa Aceh dan saya menyampaikan juga kepada mereka dengan diterjemahkan ke Bahasa Aceh, akhirnya mereka menyerahkan diri," ucap Sutiyoso.

"Jadi kelompok ini bukan ingin memisahkan dari Negara Kesatuan RI, serta bukan pula kelompok perampok," ujar Bang Yos.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews