MotoGP Valencia

Puluhan Juta Pasang Mata Tertuju ke Pembalap Terakhir

Puluhan Juta Pasang Mata Tertuju ke Pembalap Terakhir

BATAMNEWS.CO.ID, Valencia - Di seri pamungkas musim ini ketika gelar juara dunia akan ditentukan, tak seperti biasanya puluhan juta pasang mata akan memusatkan perhatian pada orang terakhir distarting grid.

Valentino Rossi dihukum start paling belakang di Valencia sementara rivalnya Jorge Lorenzo menguasai pole position, ekor melawan kepala, di balapan yang menurut istilah Yamaha "tidak konvensional".

Aman untuk mengatakan bahwa Rossi memiliki puluhan juta penggemar, bahkan untuk di Indonesia saja, di mana basis penggemar Manchester United bisa tembus 50 juta orang pada masa jayanya.

Perasaan campur aduk dipastikan akan melanda para pendukung The Doctor: simpati, kasihan, berharap, berdoa, pesimis, dan marah.

Rossi memang unggul tujuh poin, tapi hari ini Lorenzo akan memulai balapan dengan keunggulan 24 pembalap dari rekan setimnya itu.

Simpati kepada Rossi karena selama delapan bulan musim ini digelar hanya dua pekan saja puncak klasemen pernah direbut Lorenzo, itupun dengan nilai sama. Selebihnya, Yellow 46 selalu teratas.

Kasihan karena dia tidak diberi kesempatan yang adil di balapan penentuan, tak boleh menentukan sendiri posisi start di babak kualifikasi.

Berharap bahwa keajaiban akan terjadi, entah Lorenzo gagal finis atau Rossi bisa melesat mulus untuk finis kedua, yang akan memastikan dia menjadi juara dunia tak soal posisi finis Lorenzo.

Berdoa -- seperti curahan penggemar di media sosial -- agar hujan turun, atau Rossi menjadi pembalap super, atau bahkan supaya Lorenzo jatuh.

Pesimis dengan mengatakan kalau pun kalah Rossi tetap juara dunia di hati mereka.

Marah, karena beranggapan semua ini gara-gara konspirasi dua pembalap Spanyol Marc Marquez dan Lorenzo.

Para pemerhati MotoGP menyebut rentetan peristiwa menjelang laga pamungkas ini sebagai aib untuk MotoGP, bahkan demikian juga menurut petinggi Dorna dan FIM.

Namun mereka tak bisa berbohong bahwa panasnya rivalitas segitiga Rossi-Marquez-Lorenzo telah membawa MotoGP ke level tertingginya, yang bahkan membuat Formula 1 iri.

Kalau F1 musim lalu sampai memperkenalkan poin ganda di laga pamungkas agar lebih dramatis dan diminati, maka MotoGP cukup membiarkan tiga pembalap itu beraksi (atau bicara).

Jadi cukup menyedihkan ketika Dorna dan FIM memanggil semua pembalap tanpa kecuali untuk diceramahi soal sportivitas dan etika menyusul insiden Sepang, kemudian memisahkan posisi start Lorenzo-Rossi ujung ke ujung, dan di saat yang sama menikmati popularitas yang menanjak dan akan membuat musim 2015 ini dikenang dalam sejarah.

Harus diakui bahwa para penggemar Rossi bersikap egois ketika mereka menuntut agar Rossi dan Lorenzo dibiarkan bertarung adil, hal yang juga menjadi alasan kemarahan pada "campur tangan" Marquez di Australia dan Malaysia. Tuntutan itu sama saja dengan menganggap sepi puluhan pembalap lainnya di trek, yang digaji dan berlatih setiap hari untuk menyalip dan menempel lawan.

Tapi mereka berhak mengklaim bahwa sisi paling eksplosif musim ini ada pada Rossi. Mereka tak butuh Dorna atau FIM berterima kasih ke Rossi, juga tak masalah insiden di Malaysia disebut sebagai aib. Yang penting, biarkan gelar juara dunia ditentukan di trek, bukan di ruang sidang Race Direction.

Tapi palu sudah diketok, Dorna dan FIM sendiri yang membuat puluhan juta orang lebih tertarik menonton balapan di baris belakang, pada seri pamungkas musim ini, hari ini.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews