Booming Batu Akik Berakhir, Inilah Penyebabnya

Booming Batu Akik Berakhir, Inilah Penyebabnya

Seorang pedagang batu akik. (foto: ist/merdeka)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Demam batu akik nampaknya mulai mereda. Penjualan batu yang sempat menjadi primadona dalam satu tahun terakhir, kini menurun drastis. Tidak terkecuali di Batam, Kepulauan Riau.

"Penjualan batu akik sekarang simpang siur, biasanya bisa Rp 2-3 juta dalam satu hari, sekarang satu juta bisa tak sampai, turun 50 persen,” ujar pemilik Kiara Rock Stone saat pameran Komunitas Pecinta Batu Indonesia (KPBI) di Nagoya Citywalk Batam, belum lama ini.

Pantauan batamnews.co.id pameran terlihat sepi pengunjung. Ada belasan stan yang membuka lapak di lokasi pameran.

Menurut pedagang yang berusia sekitar 30-an itu, dampak ekonomi yang tengah lesu cukup berpengaruh. "Sebenarnya pecinta batu masih banyak, tapi dampak krisis membuat daya beli jadi kurang," ujar dia.

Dia mengatakan, perdagangan batu akik atau batu mulia tak lagi berkembang.

"Ini yang datang hanya pencinta dan kolektor paling banyak, warga hanya melihat-lihat saja," ujarnya.

Berakhirnya demam akik ini bisa dilihat di sekitar Pasar Jodoh, Batam. Biasanya, para pedagang di toko atau di kakilima selalu ramai pembeli. Saat ini, selain pembeli yang sudah menurun drastis, pedagang satu persatu juga sudah mulai menutup lapaknya.

Sementara, di pusat penjualan batu akik Pasar Rawa Bening, Jakarta sejumlah pedagang mengeluhkan omzetnya menurun drastis. Bahkan, penurunan omzet mencapai 90 persen.

Salah seorang penjual batu akik, Ridwan (47) mengatakan, pasca Lebaran lalu, omzetnya terus menurun. Sebelum Lebaran dia masih bisa meraup Rp 50 juta per hari, kini hanya Rp 5 juta saja.

"Mulai habis Lebaran sampai sekarang masih sepi. Bahkan semakin hari makin sepi," kata dia seperti dilansir Laman Beritajakarta.

Penurunan omzet tersebut membuat pedagang kebingungan. Pasalnya, stok bahan baku yang mereka beli sejak berapa bulan lalu hingga kini pun masih menumpuk.

"Ini batu yang baru dibeli beberapa bulan lalu saja masih ada. Sekarang bisa dapat Rp 5 juta perhari saja sudah syukur," ujarnya.

Ketua Umum Koperasi Pasar Rawa Bening, Darto Caswan menilai, terjadinya penurunan penjualan karena stok yang menumpuk. Tidak hanya asal Indonesia, sejumlah Warga Negara Asing (WNA) pun turut memanfaatkan demam batu akik di Jakarta.

"Ya karena mereka (WNA) itulah stok menumpuk. Hasilnya, harga di pasaran menjadi tak terkendali," ujarnya.

Namun demikian, tambah Caswan, keadaan pasar saat ini sama dengan sebelum terjadi demam batu akik. Para pengunjung yang datang, merupakan pecinta seni dan keindahan batu akik.

"Yang terpukul itu pedagang musiman. Kalau yang memang penjual batu asli ini sudah diperhitungkan dan tidak menjadi persoalan," tandasnya.

(isk/bbs/beritajakarta)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews