Batam Krisis Air, Ratusan Drum Air Ludes dalam Beberapa Hari

Batam Krisis Air, Ratusan Drum Air Ludes dalam Beberapa Hari

Dam Sei Ladi Batam tampak kering. (Foto: BATAMNEWS)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Krisis air justru dimanfaatkan para pedagang drum atau tempat penampungan air di Batam, Kepri, untuk meraup untuk. Harganya yang dijual jauh dari harga normal.

Para pedagang tempat penampungan terlihat memajang drum-drum tersebut di pinggir jalan. Omzet penjualannya pun terus meningkat.

Dalam sebulan terakhir, Batam mengalami krisis air bersih, setelah dam atau waduk tadah hujan mengering.

Kekeringan ini tak lepas dari kemarau dan diperparah kerusakan lingkungan di sekitar dam. Kekeringan ini sudah terjadi beberapa bulan belakangan.

Pantauan batamnews.co.id di sepanjang jalan dari Baloi menuju Seraya, para pedagang memajang drum-drum tersebut.

Harga tiap tiap jenis penampungan air itu berbeda-beda. Mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Seorang wanita yang biasa dipanggil Uni disimpang rujak mengatakan, harga jeriken dengan kapasitas 35 liter dijual sekitar Rp 35 ribu.

“Kalau drum 200 liter harganya Rp 200 ribu, dan tangki 1000 liter Rp 1,2 juta.Kebanyakan drum yang mereka beli, tapi kalau tengki ada juga karna bisa menampung air lebih banyak," kata Uni.

Tidak berbeda dengan penjual yang berada di Simpang Kuda, di sekitar Kantor Pemadam Kebakaran Sungai Panas, pedagang terlihat menjual drum dan jeriken.

Ratusan drum pun habis dalam sekejap. Sepasang suami istri yang tengah bejualan mengatakan, kalau drum dijual Rp 120 per unit sedang untuk jeriken Rp 40 ribu.

"Sejak krisis air sekarang, banyak yang beli drum sama jeriken, kemarin ini penuh sumua, sekarang tinggal sedikit aja," ujar seorang pedagang.

Di Batam, perusahaan pengelola air bersih PT Adhya Tirta Batam terpaksa melakukan penggiliran suplai air bersih ke warga.

Hal ini tentu saja membuat resah dan mengganggu aktivitas warga.

 

[cj1]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews