Pemerintah Ingkar Janji, Seharusnya Harga Premium Bisa di Bawah Rp 6.000 per Liter

Pemerintah Ingkar Janji, Seharusnya Harga Premium Bisa di Bawah Rp 6.000 per Liter

Ilustrasi penjualan BBM. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Harga minyak dunia turun ke level terendah USD 42 per barel. Namun, pemerintah tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar seperti janji sebelumnya yaitu harga BBM akan naik turun mengikuti tren minyak dunia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said kembali menjelaskan alasan pemerintah tak menurunkan harga BBM. Jika ada selisih keuntungan dari harga jual saat ini, akan digunakan untuk membayar kerugian yang diderita PT Pertamina ketika harga minyak dunia tinggi.

Menteri Sudirman mengaku belum mengetahui total kerugian Pertamina ketika menjual harga BBM di bawah harga keekonomian.

"Kalau ada kelebihan selisih harga keekonomian dengan harga jual sekarang, maka pertama-pertama kita punya utang kepada Pertamina untuk dibayar, mereka pernah menjual harga BBM lebih rendah daripada harga keekonomian," kata Menteri ESDM Sudirman Said dalam diskusi "Energi kita" yang digelar merdeka.com, RRI, IKN, IJTI dan Sewatama di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (30/8/2015).

Selain membayar utang, kelebihan selisih ini akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur energi. Antara lain untuk membangun listrik di daerah terpencil, membangun storage atau penyimpanan BBM di daerah pelosok.

Menteri Sudirman Said mengakui saat ini ada selisih keuntungan dari harga jual BBM jenis premium. Namun, diakuinya belum dapat menutup kerugian yang ditanggung Pertamina sebelumnya.

"Harga jualnya iya (untung) sedikit, tidak sampai Rp 500 per liter," jelas dia.

Dengan dalih menjaga kestabilan perekonomian nasional dan untuk menjamin penyediaan BBM nasional, pemerintah memutuskan harga BBM jenis Premium RON 88 di wilayah penguasaan luar Jawa-Madura-Bali tetap Rp 7.300 per liter dan jenis Solar tetap Rp 6.9000 per liter.

Anggota DPR Komisi VII DPR Kurtubi menilai harga BBM bersubsidi jenis Premium seharusnya turun di bawah Rp 6.000. Pasalnya nilai Indonesian Crude Price (ICP) sudah sangat rendah hari ini mencapai 38 dolar AS per barrel.

"Angka logis harga BBM bersubsidi di bawah enam ribuan lah harusnya," ujar Kurtubi di komplek DPR/MPR, Selasa (25/8/2015).

Menurut Kurtubi, pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan penurunan harga minyak dunia saat ini untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi. Apalagi, menurut Kurtubi dengan turunnya harga BBM bisa untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

"Saya menangkap sebaiknya pemerintah menurunkan harga BBM," kata Kurtubi.

Kurtubi menambahkan bahwa dalam menggerak pertumbuhan ekonomi, bisa sangat dibantu dengan peran dari konsumsi belanja rumah tangga. Hal itu sangat berkaitan erat, lanjut Kurtubi, dengan biaya belanja dan konsumsi BBM bersubsidi.
 
(ind/mc)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews