BATAMNEWS.CO.ID, BATAM - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ternyata tak lepas dari terus tumbuh dan menguatkan perekonomian Amerika Serikat. Perekonomian Amerika sejak tahun 2008 mengalami penurunan. 

Sejak saat itu pulalah berbagai paket kebijakan ekonomi diambil Amerika untuk memulihkan ekonominya. Termasuk memberikan stimulus baru terhadap pasar.

Caranya, Amerika memompa dolar baru sebagai stimulus ekonomi agar dapat memutar ulang perekonomian mereka. Kemudian oleh investor Amerika, dana stimulus itu diputar atau diinvestasikan ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Setelah ekonomi membaik, Amerika kemudian membuat kebijakan baru lagi dengan memotong atau menghentikan stimulus. Dampaknya, para investor terpaksa menarik kembali investasinya dari negara-negara berkembang sehingga memaksa dolar mudik ke Amerika.

Tak heran kemudian, dolar menjadi sedikit setelah sebagian pulang kampung. Dampaknya, dolar semakin berharga serta menekan mata uang global.

Hal itu tentu saja juga ikut dirasakan Indonesia. Dampak yang lebih luas, sejumlah negara lainnya termasuk China, ikut puyeng.

Tak heran kemudian, ekspor Indonesia seperti karet, sawit, hingga batubara sepi peminat. Neraca kita pun akhirnya anjlok. Sudah tiga tahun berturut-neraca Indonesia lesu.

Krisis ini tidak saja melanda Indonesia namun juga negara-negara lain di dunia. Yunani sudah terlebih dahulu bangkrut setelah kehabisan cadangan devisa dan menyatakan diri bangkut.

Dengan video ini bagi orang awam bisa memahami dengan mudah. Jadi jangan melulu salahkan si tukang bakso yang menaikkan harga bakso per mangkok!