Gawat! Ini yang Terjadi Jika Rupiah Anjlok ke Rp 15.000 per Dolar US

Gawat! Ini yang Terjadi Jika Rupiah Anjlok ke Rp 15.000 per Dolar US

Ilustrasi rupiah melemah. (foto: ist/liputan6)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin mengkhawatirkan. Hari ini, rupiah berada di kisaran Rp14.000 per dolar. Jika nilai itu terus melemah hingga Rp 15.000, diperkirakan banyak pengusaha akan gulung tikar alias bangkrut.

Para pengusaha sedang mempersiapkan diri untuk mengantisipasi hal terburuk jika rupiah tembus Rp 15.000. Salah satunya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan secara massal.

"Kalau rupiah terus anjlok di Rp 14.500, kami sudah sulit sekali bertahan. Kalau sudah Rp 15.000 kami bisa kolaps," ujar Sekretaris Jenderal Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono.

Menurut Fajar, efek tekanan rupiah sangat memberatkan industri kimia. Hal itu dipengaruhi oleh daya beli masyarakat lemah.

"Industri kimia khususnya plastik kemasan, berhubungan langsung dengan industri consumer goods seperti makanan dan minuman. Jika permintaan industri ini turun, maka permintaan kemasan plastik juga ikut turun," imbuhnya.

Selain daya beli, faktor lain yakni bahan baku berbasis impor yang berpotensi mengerek ongkos produksi yang harus dikeluarkan industri ini.

Hal serupa terjadi pada industri tekstil. Saat ini, industri tekstil mulai kesulitan lantaran bahan baku industri tekstil di Indonesia mayoritas masih impor. Padahal mereka harus menjual produk di dalam negeri memakai harga rupiah. Kondisi ini jelas menyulitkan saat nilai tukar rupiah terus melemah.

Sekretaris jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy menerangkan, dirinya belum bisa memastikan berapa lama produsen tekstil lokal ini masih bisa bertahan di gejolak krisis seperti yang terjadi sekarang ini.

"Beban biaya bahan baku semakin tinggi secara otomatis akan mengerek harga jual produk tekstil menjadi semakin mahal," ungkapnya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto mengatakan, melemahnya rupiah hingga di kisaran Rp 14.000 per USD harus segera diantisipasi pemerintah. Meski menguntungkan untuk ekspor, pelemahan itu juga bisa merugikan Indonesia.

"Pemerintah tidak boleh memandang sebelah mata pelemahan rupiah ini," kata Suryo, Selasa (25/8/2015).

Menurutnya, melemahnya rupiah merupakan efek menguatnya dolar AS. Namun, hal tersebut juga akibat dari lemahnya struktur ekonomi dalam negeri.

Presiden Jokowi mengatakan, perlambatan ekonomi yang terjadi bukan hanya melanda Indonesia, tetapi hampir semua negara mengalami perlambatan ekonomi yang lebih berat.  

Jokowi memaparkan, perlambatan ekonomi yang melanda Indonesia dan hampir semua negara ini dikarenakan adanya gangguan ekonomi global, seperti krisis Yunani hingga devaluasi mata uang China, Yuan.
 
(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews