Pemimpin yang Mengeksekusi

Pemimpin yang Mengeksekusi

Rizal Saputra (Foto: Ist)

Agak sedap memandang beberapa ruas jalan di Batam belakangan ini. Apalagi di jalur-jalur utama, Nagoya, Jodoh, Windsor, Pelita, Batam Center dan  Sungai Panas. Dengan ruas jalan yang berubah semakin sedap, berubah juga wajah Kota Batam. Berubah penuh pesona.

Mengapa bisa berubah. Kuncinya ada di kepemimpinan. Tentu didukung penuh pemangku kepentingan. Juga dukungan dan partisipasi masyarakat Kota Batam.

Banyak teori kepemimpinan bisa dipelajari di beragam kelas, seperti studi manajemen. Tapi, dalam praktiknya, yang kadang menjadi problem dari seorang pemimpin adalah keberanian mereka mengeksekusi. Kalau merencanakan, rasanya, institusi pemerintah adalah jagonya.

Punya alur dan mekanisme yang baik. Dari bawah. Sejak tingkat kelurahah sudah ada musyawarah perencanaan pembangunan. Semua mengajukan kebutuhan untuk menjadikan kawasan mereka semakin baik. Dibawa hingga ke tingkat kota. Jika perlu ke provinsi hingga nasional.

Tapi semua itu memang tergantung pada pemimpin. Skala prioritas yang ingin dibangun. Juga keberpihakan. 

Max DePree, seorang ahli kepemimpinan pernah berkata, tugas pertama pemimpin itu mendefinisikan realita, dan tugas terakhir adalah berterima kasih. Di antara keduanya, dia adalah seorang pelayan.

Melayani masyarakat. Melayani semuanya. Dengan segala permasalahannya. Segala tingkah lakunya.

Karena itu, banyak pemimpin yang merasa perlu berkomunikasi dengan semua kelompok masyarakat. Semua lapisan.

Apalagi kini kesadaran masyarakat semakin meningkat. Juga kecerdasan dan keinginan untuk terlibat dalam pembangunan.

Karena itu, tak sedikit muncul pemimpin yang partisipasif. Mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Yang kadang jalurnya itu juga: musyawarah perencanaan dan pembangunan alias musrenbang.

Menjadi pemimpin kadang harus berada di jalan sepi. Untuk diri sendiri. Kalau selalu mengeluh, apa kata dunia. Dunia pun ikut berkata-kata tentang keluhan-keluhannya.

Selalu terdengar anjuran di kedai-kedai kopi bahwa pemimpin itu harus berani mengambil keputusan. Tapi tentu keputusan yang baik untuk masyarakat. Memberi manfaat untuk masyarakat.

Karena itu, ada yang menyampaikan kepada saya kadang kualitas pemimpin bisa diukur dari skala dampak keputusannya. Para pemimpin harus membuat keputusan sepanjang waktu. Karena itulah pekerjaannya. Sepanjang waktu itulah skala dampak keputusannya menggema.

Dia bisa menemukan peluang untuk membuat daerahnya menjadi semakin baik. Mengeksekusi peluang itu. Dengan harus memperlihatkan tanggung jawabnya bahwa itu memang yang terbaik.

Kadang mereka harus mengeksekusi gagasan yang pelik. Juga mengeksekusi visi misi mereka. Ambisi terbaiknya.

Semua itu bisa dilakukan. Membangun jalan. Infrastruktur terbaik. Apapun itu. Tapi mereka punya hambatan dan keterbatasan. Duit. Itu hambatan pemimpin mengekskusi mimpinya. Ada keterbatasan di anggaram belanja (daerah).

Karena itu ada skala prioritas. Organisasi Perangkat Daerah tentu selalu meminta uang yang banyak untuk program-program mereka. Baik itu benar-benar untuk masyarakat. Atau hanya orientasi proyek. Pasti akan ada pengurangan anggaran di banyak sektor, karena ada prioritas pembangunan yang dilakukan.

Di Batam, sepertinya eksekusi ini belum berhenti. Suatu kali, di sebuah kedai kopi di kawasan Pasar Mitra Raya, Batam Center, saya pernah bertanya, ke Wali Kota Batam, inikah tahun terakhir untuk pembenahan jalan.

Tidak. Itu jawabannya. Tiban, Batuaji, Sekupang dan beberapa wilayah lainnya masih akan menikmati eksekusi H Muhammad Rudi tentang prioritas pembangunan infrastruktur.

Karena itu, hari ini dan ke depan, kita akan melihat Batam menggeliat dengan infrastrukturnya. Terutama jalan-jalan utama. Itu belum berhenti di anggaran tahun ini. Wajah Batam sedikit berubah menjadi molek. Karena terus disolek.

Soal wajah baru sebuah kota, Tanjungpinang pun sedang dalam proses “merawat” wajahnya. Proyek Gurindam 12, yang digagas Gubernur H Nurdin Basirun, membuat pesona ibu kota Provinsi Kepri ini ini akan memancar dan menyerlah. 

Tentu masyarakat suatu daerah ingin tempat tinggalnya berubah menjadi baik. Mereka selalu melihat di dalam visi dan misi pemimpin daerahnya. Masyarakat pasti ingin semua itu dieksekusi.

Salah satu dampak pemimpin yang mengeksekusi adalah pembandingan perbandingan yang muncul dari masyarakat. Tanpa paksaan, perbandingan pemimpin yang mengeksekusi dan yang berteori akan jadi perbincangan.

Suatu hari nanti, sang pemimpin, karena eksekusinya, akan mendengar cerita yang membuat senang. Tentu bukan untuk temberang. Paling tidak, hadirnya dia di pucuk kepemimpinan suatu daerah, memang memberi manfaat bagi banyak orang. Pasti dikenang.(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews