Krisis Ekonomi Zimbabwe, KFC Tutup Kehabisan karena Stok Daging Ayam

Krisis Ekonomi Zimbabwe, KFC Tutup Kehabisan karena Stok Daging Ayam

Warga berkumpul di depan restoran KFC di Harare, Zimbabwe yang tutup. (Foto: EPA/BBC)

Harare - Restoran cepat saji KFC di ibu kota Zimbabwe, Harare tutup. Penyebabnya ekonomi negara itu memburuk seiring dengan terjadinya krisis uang tunai.

Setidaknya, KFC harus menutup restoran di dua kota. Selain Harare, waralaba kuliner itu menutup restorannya di kota Bulawayo.

Penutupan disertai pengumuman bahwa mereka mengalami kesulitan pasokan daging ayam.

"Keputusan ini disebabkan kami tak mendapatkan bahan dari pemasok, karena mereka menginginkan uang dalam mata uang dolar Amerika."

"Kami akan melakukan segala hal untuk melanjutkan usaha sesegera mungkin," demikian pengumuman KFC itu.

Kesulitan serupa juga terjadi pada restoran pizza St Elmos yang menutup usaha sampai waktu yang belum ditentukan.

St Elmos memiliki alasan tambahan, yakni membutuhkan waktu untuk pembersihan dan perbaikan restoran.

Seperti KFC dan St Elmos, restoran Chicken Inn juga kehabisan stok daging ayam. Seperti dilaporkan koran milik pemerintah, Chronicle, Chicken Inn tak dapat memastikan kapan pasokan bahan makanan akan kembali normal.

Krisis uang tunai di Zimbabwe berdampak langsung pada berbagai sektor usaha. Sejumlah apotek di Bulawayo tak beroperasi.

Pekan lalu, harian Financial Gazette melaporkan, sejumlah toko kehabisan barang dan bahan penting karena jumlah mata uang asing di negara itu semakin terbatas.

Zimbabwe tak lagi menggunakan mata uang mereka sejak 2009 dan mengadopsi mata uang asing, termasuk dolar AS.

Pemerintah Zimbabwe menerbitkan dolar versi lokal tahun 2016 untuk mengurangi krisis uang tunai. Namun dalam waktu singkat, mata uang baru itu kehilangan nilai.

Hampir setahun sejak Robert Mugabe diturunkan paksa dari kursi presiden melalui kudeta militer, pemerintah Zimbabwe masih terus berupaya mencari jalan keluar atas situasi ekonomi mereka.

Krisis ekonomi yang terjadi, menurut pakar ekonomi dari Universitas Zimbabwe, Ashok Chakravarti, disebabkan pengeluaran besar-besaran pemerintah selama bertahun-tahun, termasuk korupsi, kebijakan tak menentu, dan transaksi ekspor yang lesu.

Menteri Ekonomi Zimbabwe yang baru, Mthuli Ncube, belakangan ini mendapatkan dukungan internasional untuk menyeimbangkan perekonomian.

Ncube berencana memotong pengeluaran negara dan melakukan privatisasi perusahaan asing. Upaya itu disebutnya akan dilakukan beriringan dengan pembayaran utang luar negeri agar bantuan internasional dapat segera tersalurkan ke Zimbabwe.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews