Kisah Pilu Korban Budak Nafsu ISIS yang Dianugerahi Nobel

Kisah Pilu Korban Budak Nafsu ISIS yang Dianugerahi Nobel

Nadia Murad

Jakarta - Nadia Murad merupakan korban kekerasan seksual yang dilakukan kelompok militan ISIS. Gadis kelahiran Kojo, Iraq itu menjadi budak seks ISIS saat berusia 19 tahun.

Di usia masih belasan itu, Nadia bersama di antara ribuan perempuan dan gadis lain dari minoritas Yazidi diculik dan diperbudak oleh ISIS. Usaha keras, Nadia berhasil lolos dan keluar dari Mosul, Irak.

Dia lolos berkat bantuan seorang keluarga Muslim yang tak punya hubungan dengan ISIS pada 2014. Usai lepas dari belenggu ISIS, Nadia menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan terhadap pemerkosaan sebagai senjata perang.

" Kami harus bekerja sama untuk mengakhiri genosida, meminta pertanggungjawaban mereka yagn telah melakukan kejahatan ini dan mendapat keadilan bagi para korban," kata Nadia, dikutip dari Evening Standar, Kamis, 10 Oktober 2018.

Usahanya mengkampanyekan perlawanan terhadap kekerasan perempuan membuatnya dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian pada Jumat, 6 Oktober 2018. Dia dianugerahi Nobel Perdamaian bersama ginekolog asal Kongo, Denis Mukwege.

Tuntut Seret Pelaku Kejahatan Seksual

Sama seperti Nadia, sosok Mukwege juga berjuang melawan kekerasan terhadap perempuan. Penghargaan Nobel Perdamaian tak menyurutkan usahanya untuk membawa pelaku kejahatan seksual kepadanya dan perempuan Yazidi lain ke pengadilan.

"Sejauh ini kami belum melihat keadilan terjadi warga Yazidi, terutama korban perbudakan seksual," kata dia.

Selain perjuangan melawan masa lalu, Nadia juga mendesak pemerintah Irak dan komunitas internasional untuk membangun kembali kota dan desa Yazidi yang dihancurkan ISIS.

(pkd)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews