Tips Kenali Hoax Jajanan Mengandung Narkoba

Tips Kenali Hoax Jajanan Mengandung Narkoba

Jajanan mengandung narkoba yang ternyata hoax (Foto: detik.com)

Batam - Berita yang meresahkan soal kandungan narkoba pada jajanan anak-anak sering bermunculan dari oknum tak bertanggung jawab.

Banyak orang cenderung untuk membaca berita yang mudah dicerna. Penyebaran berita melalui media sosial yang cenderung mudah menjadikan berita hoax menjadi cepat tersebar, tinggal copy-paste kemudian send atau share.

Berulang kali diklarifikasi, hoax semacam ini selalu muncul dan bahkan sering berulang. Dan seperti biasa, setelah dicek di laboratorium hasilnya seringkali negatif alias terbukti hoax.

Agar tidak ikut-ikut sesat, berikut ini tips mengenali informasi soal jajanan mengandung narkoba yang 'mungkin saja' hoax.

1. Harga, masuk akal nggak?

Jajanan anak sekolah khususnya permen relatif sangat murah. Paling mahal mungkin hanya dua ribu rupiah. Bayangin aja kalau memang terdapat zat adiktif pada permen.

Harga narkoba mahal, kalau dicampurin ke permen lalu dijual dengan harga murah tentu jadi rugi. Masa iya, ada produsen yang pengen merugi?

"Lho kan cuma buat mengenalkan, nanti kalau kecanduan pasti beli yang asli," argumen semacam ini sering muncul untuk meyakinkan. Lagi-lagi kalaupun memang kecanduan, bagaimana konsumen mau beli barang asli kalau wujud yang dkenali selama ini cuma permen?

2. Efek samping tidak nyambung

Di beberapa kasus, efek yang muncul setelah mengonsumsi 'permen mengandung narkoba' tidak nyambung dengan jenis narkoba yang diisukan terdapat di dalamnya. Seperti benzodiazepine yakni menjadi kebal sehingga para siswa nekat menyayat tangan mereka. Padahal, benzodiazepine bersifat sedatif yang memberikan efek rileks sehingga yang mengonsumsi akan merasakan kantuk, bukan kebal.

Pada kasus yang lain, mereka mengalami lemas dan teler. Namun setelah ditelusuri lebih dalam, efek tersebut ditimbulkan karena siswa yang mengonsumsi permen sebelumnya meminum obat yang mengandung ibuprofen.

3. Bener dari Permen Nggak Tuh?

Permen biasanya dijadikan 'kambing hitam', terlebih jika anak diketahui mengonsumsi permen sebelum mengalami efek tertentu yang diduga berasal dari makanan yang mereka konsumsi sebelumnya.

Para pelaku penyebar hoax akan berfokus pada produk yang bisa dijadikan sasaran agar beritanya lebih cepat menyebar. Masyarakat lebih mudah terpancing bila muncul kata-kata seperti mengandung narkoba, padahal belum tentu hal tersebut benar.

4. Info Tidak Disertai Data Valid

Berita hoax seringkali tidak mencantumkan sumber dan hanya berdasarkan analisis pribadi yang belum tentu jelas kebenarannya. Isi berita yang disampaikan juga berlebihan disertai dengan pilihan kata yang berlebihan.

Terkadang, berita hoax juga tidak disertai dengan tanggal dan penulis berita yang belum tentu terjamin kredibilitasnya. Berita yang tersebar di sosial media seringkali merupakan anggapan tanpa dasar yang jelas. Tidak ada kutipan dari pakar atau ahli pada isi berita tersebut.

5. Judul Selalu Provokatif

Judul berita biasanya terkesan provokatif dan fenomenal sehingga menarik masyarakat untuk membaca lebih lanjut. Namun ketika dibaca, isi berita tidak mencerminkan judul yang ditampilkan atau bertolak belakang.

Oleh karena itu, sebagai konsumen yang cerdas kita juga harus pandai memilah dan memilih berita yang akan diteruskan kepada orang lain. Selalu lakukan double check terutama untuk data-data yang tertera pada berita. Jangan sampai menyebarkan berita bohong yang mampu memicu kepanikan massal.

(aiy)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews