Diintai Gelombang dan Keterbatasan, Warga Suku Laut Mensemut Berteriak

Diintai Gelombang dan Keterbatasan, Warga Suku Laut Mensemut Berteriak

Disudut Pulau Mensemut, Desa Penaah, Kecamatan Senayang (Foto:Ist)

Lingga - Tinggal jauh di tengah lautan luas dengan mendiami sebuah pulau kecil, membuat warga Suku Laut di Pulau Mensemut, Desa Penaah, Kecamatan Senayang, Lingga ini jauh dari perhatian, baik desa maupun pemerintah daerah setempat.

Bahkan, mereka harus rela sang buah hati tidak dapat merasakan berinteraksi dengan anak-anak lainnya diluar sana, karena jarak tempuh untuk menuju pusat desa mereka yang jauh dari pandangan mata.

Tapi, meski demikian niat dan rasa semangat mereka untuk menunjukkan bahwa mereka bukan hanya sekedar anak laut sang petarung di tengah samudera, juga ditunjukkan dengan rasa ingin tahu mereka di bidang pendidikan.

Hingga suatu saat lalu, orang-orang tua mereka bersama-sama dengan peralatan seadanya berinisiatif membangun sekolah berdindingkan kajang, beratapkan daun rumbia serta berlantaikan tanah.

Di bangunan itu lah, suara anak-anak yang harusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah dan mendapatkan pendidikan yang layak terdengar dengan diajarkan oleh seorang guru yang juga rela mengarungi lautan luas demi sebuah pengabdian.

Namun, malang memang tidak berbau, bangunan yang menjadi gudang ilmu bagi anak-anak suku laut asli itu tertimpa pohon hingga ambruk. Anak-anak Pulau Mensemut harus rela dan kini terpaksa harus menumpang di bangunan musala yang ada.

Lama menanti, dari 17 Agustus lalu hingga sekarang tidak ada inisiatif dari pemerintah desa ataupun pemerintah daerah untuk memperhatikan bangunan sederhana itu.

Memang, pulau yang dihuni sebanyak 17 kepala keluarga itu, jauh dari jangkauan. Tapi, bukan berarti mereka yang juga bagian dari masyarakat Kabupaten Lingga itu harus selalu terduduk dalam keterpurukan.

"Permasalahan ini harus dipikirkan bersama. Kasihan mereka yang menetap di Pulau Mensemut ini, tidak ada perhatian sama sekali," kata Aktivis Suku Laut Lingga, Densy Diaz kepada Batamnews.co.id, kemarin.

Terlebih lagi kekayaan laut di sekitaran pulau yang cukup kecil tersebut begitu berlimpah. Ikan serta cumi-cumi seolah membuat warga Suku Laut tersebut betah bermukim di pulau yang hanya berdiri beberapa rumah dan bangunan sederhana itu.

Tapi, kenyamanan menetap di pulau tersebut tidak selalu dirasakan mereka. Pasalnya, jika musim angin utara tiba, gelombang tinggi menghantam pulau tersebut. Banyak warga setempat harus pindah sementara ke Pulau Hantu yang tidak jauh dari pulau itu.

Peristiwa ini bukan hanya terjadi sekali atau dua kali saja, melainkan sudah setiap tahunnya ketika musim gelombang tinggi tiba. Dengan demikian, Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga harus segera mencari solusi terkait permasalahan tersebut agar warga Pulau Mensemut dapat merasakan kehidupan yang layak.

(ruz)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews