Kisah Grace dan Malaikat Kecilnya Dihantui Rubella

Kisah Grace dan Malaikat Kecilnya Dihantui Rubella

Grace Melia Kristanto dan anaknya Aubrey Naiym Kayacinta. (Foto: Yogi/Batamnews)

Pelaksanaan imunisasi Measless dan Rubella (MR) di Provinsi Kepri terkendala. Banyak masyarakat yang terdoktrin isu halal-haram penggunaan vaksin ini. Pemerintah sendiri menyatakan imunisasi ini penting dan urgent. Di beberapa daerah ternyata cukup banyak yang menderita Measless dan Rubella. Penyakit ini sangat berbahaya.

Anak pertama Grace Melia Kristanto misalnya, "malaikat kecilnya" Aubrey Naiym Kayacinta atau yang sering dipanggil Ubii itu divonis dokter terkena Rubella. Ubii mengalami ganguan pendengaran dan pertumbuhan yang lambat.  

Wanita asal Djogja ini bercerita banyak hal. Ia menuturkannya dalam acara Health and Nutrition Journaslist Workshop "Imunisasi untuk Kesehatan," yang diselengarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kerjasama dengan World Health Organization (WHO) beberapa waktu lalu di Jakarta. Wartawan Batamnews.co.id sempat hadir dalam pertemuan tersebut.

Grace berkisah bagaimana ia berjuang melawan penyakit yang tidak pernah ia sangka sebelumnya. Tiba tiba anak kesayangannya terinfeksi virus rubella.

Cerita berawal, ketika wanita kelahiran Mataram itu mengandung anak pertamanya Ubii. Enam bulan pertama kandungannya Grace tiba-tiba sakit. "Kayak masuk angin tetapi berat badan ini, saya pusing kemudian jatuh ke atas kasur," katanya.

Seketika timbul dengan cepat bintik-bintik merah sekujur tubuh Grace. "Saya heran, karena nggak ada background wawasan tentang kesehatan jadi nggak paham, kok kaya gini?," tanya Grace bigung ketika itu.

Keadaan semakin parah, badannya demam dan ada bintik-bintik merah, tidak mau menerima resiko ia langsung pergi berobat disalah satu kedokteraran di tempatnya tinggal Yogyakarta. "Sampai rumah sakit kata dokter tidak apa-apa, katanya (dokter) memang masuk angin," ujar Grace menirukan perkataan dokter.

Setalah itu ia mencoba menurunkan demamnya dengan minum air kelapa muda. "Sembuh, terus saya nggak ambil pusing," ujarnya.


Kelainan bayi

Waktu kehamilannya terus berjalan, Grace mengaku tidak pernah absen memeriksa kandungannya kepada dokter. "Setiap kali USG (ultrasonografi) selalu dijawab sehat oleh dokter, mereka bilang anggota tubuh (Ubii) lengkap dan sehat," katanya bercerita.

Akhirnya pada 19 Mei 2012 Ubii lahir. Namun dokter bilang,  anaknya bertubuh munggil. "Selain itu, dokter bilang, buk ada suara bising di jantung, itu harus dicek dokter spesialis jantung," kata Grace bercerita kemudian ia tiba-tiba menangis didepan peserta workshop.

Setelah diperiksa ke dokter jantung, jantung Ubi dinyatakan mengalami kebocoran. "Selain itu Ubii rewel konstan banget," katanya.

Tidak hanya itu ketika tidur anak  pertamanya itu mendongak, kemudian kaki dan tangan agak lain. "Saya perhatikan kaku banget tagannya diluruskan susah kali jarinya," katanya.

Tiba-tiba selang beberapa bulan Ubii tidak merespon suara apapun. "Kok nggak respon suara, nyanyi nyeblak nggak kaget, letusin balon diam aja," ujarnya

Saat itu Ubii mengalami ganguan pada pendengarannya. Kondisi itu ia ketahui pasti ketika Ubii sudah berumur 5 bulan. Karena sebelumnya belum terasa. "Umur lima bulan cek kehilangan pendengaran berat. Setara mesin pesawat baru dengar," katanya.

Terakhir di otak Ubii terdapat bercak-bercak putih, ketika itulah dokter menduga Ubii kena Rubella. "Akhirnya cek darah Ubi, positif rubella pada umur 5 bulan 22 hari," ujar Grace.

Bagi Grace kondisi tersebut tidak harus membuatnya lemah. Ia berupaya terus memotivasi dirinya bersama suami Aditya Suryaputra. "Tahu rubella aku lega akhirnya tahu penyebabnya," kata Grace.


Habiskan Ratusan Juta Berobat

Setelah mengetahui Ubii mengalami tuna runggu dan jantung bocor. Grace mulai mencari solusi agar anaknya bisa sembuh.  "Berobat rutin selalu saya lakukan," katanya.

Namun, pada akhirnya dokter mengatakan bahwa Ubii tidak bisa disembuhkan, karena penyakit itu ia terima sejak lahir.

Namun, Grace tidak putus asa. Pengobatan terus ia lakukan. Bahkan Grace tidak bisa membendung air matanya ketika melihat Ubii. Anaknya difisioterapi sampai menangis bahkan hingga muntah. Hal itu dilakukan untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh Ubii.

Sedangkan untuk pendengaran Ubii, Grace disarankan untuk memakai alat bantu pendengar. "Saya mau anak saya mendengarkan suara indah ibunya ini," kata Grace dengan tegar.

Upaya penyembuhan sudah dilakuakan Grace tetapi tidak ada progres baru. Ia terus melakukan konsultasi. Ketika diperiksa dokte, ia juga mengatakan terdapat pengapuran dan pengerutan otak tepat di area mengatur koneksi dan pemahaman. "Jadi tempat otak memerintah tidak berfungsi," ujarnya.

Bahkan tuna rungu yang diidam Ubii lebih parah dari orang lain. Tidak hanya pemeriksaan maksimal yang dilakukan Grace beberapa alat cangih ia beli agar anaknya bisa sembuh.

Seperti alat bantu pendengaran Implan Koklea yang harganya sampai Rp300 juta satu pasang. Alat itu dimasukan kebagian kepala Ubii sehingga dapat membesarkan suara yang ditangkap supaya bisa didengarnya.

"Kalau alat ini langsung ke otak, jadi di bagian kepalanya bengkak karena ada bagian alat yaitu maknet, itu alat internalnya sedangkan ada juga semacam kabel bagian eksternal," ujar Grace.

Setelah memakai alat itu Ubii sudah bisa mendengar tepuk tangan, tetapi belum bisa untuk mendengar suara. "Ketika kita dikaruiniakan anak seperi ini kita harus bisa legowo," katanya.

Grace juga menceritakan seluruh biaya yang dibutuhkannya ketika berobat Ubii. Untuk berobat ditotalkan Grace mencapai Rp34.190.000. Kemudian untuk alat bantu Rp324.000.000 dan biaya rehabilitasi Per Bulan Rp2.650.000.


Jangan Ada Ubii Selanjutnya

Pengalamannya tersebut membuat Grace harus kuat. Apalagi ketika usia Ubii semakin besar. Semakin terlihat pula jauh ketertinggalannya dengan anak-anak normal lainnya. "Udah tinggi masih diperlakukan seperti bayi," katanya.


Tidak hanya itu ketika Ubii dibawa tempat ramai selalu menjadi perhatian. "Setiap Ubii ulang tahun mentalnya down, bahkan sampai minum obat penenang," katanya.


Grace berfikir jauh. Ia tak bisa menahan air mata.


Sekarang Grace terus merawat buah hatinya. Kejadian itu baginya sebuah pelajaran ia tidak ingin ada Ubii yang lain. "Jangan ada Ubii yang lain, tegar sekali saya ya," ujarnya sambil tersenyum kecut

 

Dirikan Rumah Ramah Rubella

Tidak ingin ada penderita Rubella lainnya. Grace kemudian mendirikan satu komunitas perkumpulan penderita rubella, Yang ia beri nama Rumah Ramah Rubella.

Komunitas ini awalnya ada di Facebook dengan pengikut mencapai 21 ribu. "Jadi melalui komunitas ini kita saling berbagi, nanti ada tetangga yang sakit kita rangkul," katanya.

"Kita juga laksanakan edukasi rubella, kita rangkul kawan-kawan itu bukan malah dibulli," katanya.  

Grace sering mengadakan acara diskusi. "Sesama member, gathering sederhana bawa snack sendiri," katanya.

Grace juga membuka seluasnya komunikasi untuk para orang tua anak bertanya agar tidak ada ubi yang lain. Melalui akun instagramnya @grace.melia atau melalui Blog www.gracemelia.com.

(Yogi Eka Sahputra)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews