7 Fakta Mengulik Kasus Kekerasan di SPN Dirgantara Batam

7 Fakta Mengulik Kasus Kekerasan di SPN Dirgantara Batam

Kasus indikasi persekusi siswa SPN Dirgantara.

Batam - Kasus dugaan persekusi dan kekerasan terhadap salah satu siswa SMK Sekolah Penerbangan Nusantara (SPN) Dirgantara bikin heboh dunia pendidikan di Kota Batam. Selain itu, kabar tak sedap tentang adanya sel tahanan di sekolah ini juga membuat komisi perlindungan anak hingga praktisi pendidikan kaget.

Seorang siswa RS (16) tampak diborgol oleh salah seorang, pembina SPN Dirgantara Batam. Aiptu Erwin Depari merupakan salah seorang anggota Polresta Barelang. Ia menjadi mentor bagi siswa di sekolah ini.

RS kemudian dibawa kembali ke sekolah. RS sempat diisolasi dalam sebuah ruangan yang menurut sekolah ruangan pembinaan. RS pun mengaku mendapat perlakuan kekerasan di sini.

Lantas apa yang sebenarnya terjadi dengan RS? Ia diperlakukan seperti seorang penjahat yang baru saja tertangkap. RS juga mengaku mendapat perlakuan kekerasan.

Tentang SPN

Sebelumnya tidak ada salahnya kita mengetahui tentang SMK SPN Dirgantara. Sekolah ini terletak di Jalan Ahmad Yani, Komplek Taman Eden, No 6-8. (Depan Perum Plamo Garden) Batam

Program Keahlian di SMK ini adalah Air Frame dan Power Plant Maintenance (Motor dan Rangka Mesin Pesawat Udara). Avionic Electric Instrument Maintenance (Pemeliharaan Avionik Elektronika Pesawat Udara).

Pendidikan taruna memang dikenal disiplin dan tegas. Namun pembinaan yang dilakukan sekolah ini kian menjadi sorotan dengan kasus yang menimpa RS. Apalagi orangtua RS tidak terima anaknya mengalami perlakuan kekerasan di sekolah ini. "Ini bukan pembinaan, tapi membinasakan," kesalnya.

Berikut 7 fakta kehebohan persekusi dan ruang sel di SPN Dirgantara Batam:

 

1. RS Dicegat di Bandara Hang Nadim

RS mengaku hendak menuju ke Surabaya dari Bandar Hang Nadim Batam 6 September 2018. Namun ketika di bandara, ia langsung dicegat oleh seseorang.  "Diciduk, langsung diborgol," kata RS.

Kemudian yang ia ketahui orang tersebut adalah juniornya di SPN. Setelah diborgol beberapa saat, keluar Pembina sekolahnya Erwin Depari. "Sama pembina juga, junior itu badannya besar, jadi pas saya ditangkap pembina nunggu di toko," katanya.

RS diborgol. Ia dibawa keluar bandara dan ditarik. Ia dipaksa berjalan cepat oleh pembinanya tersebut. "Ditarik-tarik kayak binatang rasanya," ucap RS ketika usai melakukan mediasi bersama pihak sekolah di Polresta Barelang.

RS juga mengaku beberapa.waktu lalu juga dipukul oleh pembina. Karena waktu itu ia kedapatan merokok. "Saya ngaku, cuman tetap saja diterjangnya dada ini," kata RS. 


2. Ruang Pembinaan atau Sel?

Sebuah ruangan berukuran sempit diberi nama ruang pembinaan, konseling dan spiritual. Saat para wartawan berkesempatan menuju lokasi ini, tampak di ruangan itu matras dan sebuah teralis tanpa pintu di atasnya. Posisi ruangan itu berada di samping tak jauh dari ruangan keuangan. Tampak pintu dengan sistem gembok di ruangan kecil itu

Kendati pemandangannya demikian, Kepsek SPN Dirgantara, Susila Dewi menegaskan itu bukan ruang sel. "Nggak ada itu pernah dikunci itu. Saya kadang kalau lagi capek biasa istirahat di sana juga," kata Susi

Terkait jeruji besi di atas ruang itu ia mengatakan hal itu hanya untuk menaruh barang yang berserakan. "Cuma naruh barang yang berserakan aja," ujarnya.

Ia mengakui RS sempat ditempatkan di ruangan ini. Ditegaskannya pihak sekolah tidak mengekang RS seperti dalam sel.  Menurutnya ruangan itu biasa dipakai untuk memberi siraman rohani.

"Dia kan kami suruh duduk merenungkan apa yang telah dikerjakan (kesalahan). Tetap dikasih makan. Begitu juga saat jam solat. Kemarin kalau orangtuanya datang pasti kami beri kesempatan untuk keluar, cuma kan orangtuanya gak bisa karena lagi sakit di pekanbaru," kata Susi.

 

3. RS Dikeluarkan pihak sekolah

Pihak SMK Sekolah Penerbangan Nusantara (SPN) Dirgantara Batam resmi mengeluarkan RS dengan upacara pelepasan atribut sekolah di halaman SMK ni Sabtu (8/9/2018) siang.

RS merupakan siswa jurusan Avionic Eletric Instrument Maintance (listik pesawat udara). Pihak sekolah mengatakan pelanggarannya sangat berat. Ia absen 7 bulan lebih. 

RS juga dianggap mencemarkan nama baik sekolah. Remaja ini dituding mengambil uang rekan satu kelasnya Rp 800 ribu saat praktik kerja industri di Sathar 021 Lanud Halim Perdanakusumah

Uang itu untuk biaya kabur dari pendidikan dan membeli ponsel. RS tampak tidak tahan untuk bersekolah. Ia kemudian nekat mencuri untuk kabur. RS kemudian jadi buronan sekolah. Apalagi ia dikabarkan menunggak uang SPP di SPN Dirgantara. 

 

4. Kepsek mengaku permudah mengeluarkan surat pindah

Kepsek SPN, Susila Dewi menyangkal adanya praktik kekerasan di sekolahnya. "kalau memang ada kekerasan saya belum lihat hasil visum. Di tata tertib kami tidak dibenarkan senioritas. Yang ada hanya pembina yang mementori siswa.

Menurutnya pihak sekolah dan pihak keluarga sudah melakukan mediasi kasus ini dengan orangtua RS, begitu juga dengan kasus RS, apalagi SPN menilai RS sudah melakukan pelanggaran berat.  "Kita ini negara hukum. Kalau kita salah, kita minta maaf. Apalagi kami sudah membantu mengeluarkan surat pindahnya. Kami nggak mempersulit," ujar Susi.

 

5. Pengawas Disdik Kepri menilai tak ada Kekerasan

Kordinator Pengawas Disdik Provinsi kepri, Sumbardianto mengakui jika RS memang sering cabut dari sekolah. Hal ini dari keterangan sekolah. RS juga berkasus karena mencuri uang temannya untuk kabur dari pendidikan.

"Sekolah sebenarnya kan tidak memaksakan. Orangtua yang menitipkan anaknya disini. Artinya mereka kan juga harus mengikuti peraturan," ujar Sumbardianto.

Dalam pemeriksaannya di sekolah ini, pihak Disdik tidak mendengar adanya penangkapan. "Memang waktu di bawa itu ada pemaksaan, menurut kami caranya nggak berlebihan. Itu mungkin cara memberikan kasih sayang oleh pendidik pada muridnya," ungkap dia.

Hasil penelusuran yang dilakukan Disdik Kepri ini justru terlihat tak sesuai dengan penampakan yang terjadi di lapangan saat itu.


6. SPN Serang KPPAD Kepri

Susi mengaku kecewa dengan sikap anggota Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri mengekspos kejadian di Bandara Hang Nadim di medsos.  

"Ya kami kecewa dengan KPAD. Harusnya mereka menemui kami. Menanyakan kejadian yang sebenarnya.  Jangan dengan kepala panas lalu memosting di medsos ada kekerasan. Kami juga bisa panas," ujarnya.


"Kalau ada api disiram pakai minyak tambah besar lah. Ini bukan sekolah ugal-ugalan, kami punya struktur kepsek, humas atau cari kalau tidak ada. Itu aja, kalau masalah lain tidak ada," ujar Susi menganalogikan.

Sebelumnya, anggota KPPAD, Ery Syahrial mengatakan di tubuh RS ditemukan beberapa bukti kekerasan. "Ada luka pada telapak kaki, biru di dagu, jejak bekas borgol di tangan dan memar di punggung.

Ery sempat memposting temuannya di medsos terkait perlakuan yang didapatkan RS saat ia digelandang pembina di Bandara Hang Nadim .


7. SPN pernah ekspos pemberhentian siswa di medsos Pada 2017

Pada September 2017, seorang taruna kelas II di sekolah itu Fa, juga di drop out. Bahkan foto-foto pemecatan siswa disebar di medsos facebook oleh akun sekolah. Kendati sekolah menganggapnya sebagai pelajaran untuk yang lain, namun saat itu KPPAD juga menyorotinya sebagai pembunuhan mental siswa.

Fa terlibat perkelahian dengan senior di SPN. “Apa salah anak saya, kalau nakal, ya itu kenakalan remaja. Kenapa sampai dipecat, dia yang dikeroyok, dia juga yang dipecat, dipermalukan lagi dengan menyebar foto-foto pemecatan itu di media sosial,” ungkap ayah Fa bernama Albadri.
 

(fox/oke)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews