Mata Anak-anak di China Banyak Rusak Akibat Video Game

Mata Anak-anak di China Banyak Rusak Akibat Video Game

Anak-anak di China bermain game di Warnet. (Foto: reuters)

China - Semuanya bermula pada awal pekan lalu ketika Presiden China Xi Jinping mengatakan terlalu banyak anak-anak memakai kacamata dan pemerintah akan melakukan sesuatu.

Kemudian semuanya diakhiri dengan jutaan dolar yang lenyap seketika dari pasar saham pada Kamis lalu ketika harga saham perusahaan video game terbesar di dunia, Tencent, jatuh. Keesokan harinya nilai saham perusahaan game Jepang macam Capcom, Konami, dan Bandai Namco juga anjlok di China.

Dilansir dari laman the New York Times, Jumat (31/8/2018), pemerintah Negeri Tirai Bambu kini membidik perusahaan video game sebagai biang penyebab anak-anak China keranjingan nongkrong di depan layar hingga menyebabkan mata mereka rusak dan harus memakai kacamata.

Peristiwa tahun lalu ketika seorang remaja 17 tahun asal Kota Guangzhou meninggal setelah bermain game di ponsel pintar selama 40 jam tanpa henti, menjadi sorotan nasional.

Dalam beberapa tahun terakhir Tencent tumbuh menjadi perusahan game dengan laba menggiurkan. Perusahaan ini juga mendorong tumbuhnya pengembang game di berbagai belahan dunia, termasuk game kondang macam League of Legends dan Clash of Clans.

Namun sejak setahun belakangan laba Tencent mulai goyah karena Beijing mulai melakukan pendekatan keras untuk mengatur bagaimana budaya China berkembang di masayarakat.

Tahun lalu koran Partai Komunis China, People's Daily, menyebut upaya Tencent mengembangkan game 'Honor of Kings' adalah 'racun' bagi otak kaum muda. Sebagai tanggapan, perusahaan itu menerapkan aturan batasan durasi permainan bagi kaum muda saban harinya.

Nilai saham Tencent anjlok lima persen Jumat lalu dalam bursa saham di Hong Kong. Juru bicara perusahaan menolak berkomentar.

Buruknya kualitas mata anak-anak di China belakangan kian parah. Kantor berita Xinhua pekan ini menyebut Presiden Xi langsung bereaksi ketika membaca laporan soal ini. Hampir separuh dari rakyat China mengalami rabun dekat, kata Xinhua.


Sebagai respons, Kementerian Pendidikan Kamis lalu meminta badan pengawas media China membatas jumlah game baru yang boleh beredar. Kementerian juga meminta durasi waktu main game anak-anak dikurangi dan memberikan sistem peringkat bagi games yang layak dimainkan sesuai umur pengguna.

Saran dari Kementerian selanjutnya yakni akan meningkatkan pelajaran fisik di sekolah, mengurangi pemberian pekerjaan rumah bagi anak sekolah dasar dan memperbaiki cahaya lampu di dalam kelas.

Pada 2015 laporan Badan Kesehatan Dunia menyatakan rabun jauh disebabkan kurangnya aktivitas di luar ruangan dan terlalu banyak kegiatan di dalam ruang seperti membaca, belajar, dan menatap layar monitor. 

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews