Jakarta - Kepribadian Hanifan Yudani Kusumah, pesilat peraih medali emas Asian Games 2018, ternyata berbanding terbalik dengan aksinya di atas arena. Kala bertarung, Hanif tampil begitu garang. Tapi tidak saat dia berada di lingkungan keluarganya.

Hanif, disebutkan bibinya, Yuni Sundari, ternyata merupakan sosok anak yang lembut. Bahkan, Hanif terbilang manja.

"Mungkin karena anak paling kecil. Saat mengobrol dengan keluarga, jarang serius. Tapi, memang keinginannya kuat dan selalu punya target," ujar Yuni, di kediamannya kawasan Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis 30 Agustus 2018.

Tak heran sebenarnya kalau Hanif bisa juara dan memiliki kemampuan bertarung tinggi. Sebab, Hanif lahir dari keluarga pesilat.

Pemuda 20 tahun tersebut sudah kenal pencak silat sejak kecil, karena kedua orang tuanya adalah pesilat dan aktif di PB IPSI.

Dan, Hanif begitu mencintai pencak silat. Hanif diketahui punya mimpi besar untuk menjadi pesilat kelas dunia.

Terbukti, di pintu kamarnya, selalu ada kertas yang berisikan berbagai target dan motivasi untuknya.

"Sama orang tuanya, dia dididik untuk disiplin. Latihan mulai pukul 08.00, harus datang tepat waktu, tak boleh telat. Kalau pulang sekolah dulu, istirahat sebentar, langsung latihan. Memang, kedua orang tuanya juga mantan pesilat dan aktif di IPSI," terang Yuni.

Nama Hanif menjadi buah bibir karena aksinya setelah meraih medali emas di nomor tarung kelas C (55-60 kilogram). Usai memastikan diri menjadi juara, Hanif berlari ke tribun VIP.

Dia memeluk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dan Ketua PB IPSI, Prabowo Subianto. Pemandangan ini langsung menjadi viral di media sosial.

"Sebagai keluarga, kami bangga dan terharu. Karena Hanif bisa sampai meraih medali emas. Mudah-mudahan semuanya menjadi awal yang baik," kata Yuni. 

(aiy)