14-8-1936: Mirip Perayaan, Eksekusi Gantung di AS Ditonton 20.000 Orang

14-8-1936: Mirip Perayaan, Eksekusi Gantung di AS Ditonton 20.000 Orang

foto : nasional.tempo.co

Hari itu, 82 tahun lalu, orang-orang berkumpul di Owensboro, Kentucky, Amerika Serikat. Banyak yang datang dari jauh, hotel-hotel penuh, demikian juga dengan bar.

Pedagang keliling sibuk menjajakan dagangannya, hot dog, brondong jagung atau popcorn, dan aneka minuman. Suasana perayaan menyelimuti kota.

Sejumlah orang bahkan rela menginap di tanah lapang, agar bisa mendapat lokasi terbaik untuk menonton eksekusi mati Rainey Bethea, seorang pemuda kulit hitam. Ia dieksekusi di tiang gantungan pada pada Jumat 14 Agustus 1936.

"Setiap bar penuh sesak, kerumunan orang berdesakan hingga pintu...'Pesta gantung' digelar di banyak rumah," demikian dilaporkan majalah TIME dalam artikel yang terbit tahun 1936.

Eksekusi gantung Bethea adalah yang terakhir digelar di depan umum. Pemuda itu terbukti bersalah memperkosa dan membunuh perempuan kulit putih berusia 70 tahun, Lischia Edwards.

Seorang tetangga, yang khawatir karena korban tak muncul di gereja, mengetuk rumahnya. Ia menemukan jasad perempuan tersebut di tempat tidur.

Bethea, yang punya catatan kriminal dalam kasus perampokan, bekerja sebagai pembantu di sejumlah keluarga di Owensboro. Ia juga dipekerjakan di gedung apartemen di mana Lischia Edwards tinggal.

Tak ada yang tahu pasti berapa usia pelaku. Dalam catatan kelahiran, ia disebut lahir pada 1909. Itu berarti ia berusia 26 hingga 27 tahun saat dieksekusi. Namun, ada juga yang menyebut, usianya baru 22 tahun.

Bethea menjadi tersangka utama pembunuhan keji tersebut setelah sebuah cincin murahan miliknya ditemukan dalam kamar di tempat kejadian perkara.

Setelah ditangkap dan diinterogasi, Bethea mengakui kejahatannya yang memiliki motif merampas perhiasan korban.

Di bawah aturan hukum negara bagian Kentucky, kejahatan merampok dan membunuh berujung pada tindakan pemenjaraan atau eksekusi mati dengan kursi listrik secara tertutup di kompleks penjara.

Sementara, hukuman maksimal untuk pelaku pemerkosaan adalah eksekusi mati dengan cara digantung di wilayah di mana kejahatan itu dilakukan.

Seperti dikutip dari www.onthisday.com, saat persidangan, hakim meminta para juri untuk memutuskan apakah Bethea akan dipenjara antara 10 hingga 20 tahun, atau hukuman mati. Hanya butuh waktu kurang dari lima menit bagi mereka untuk memutuskannya.

Jaksa menginginkan eksekusi dilakukan di Owensboro, di mana hukuman gantung dimungkinkan dilakukan di depan publik, untuk memuaskan nafsu balas dendam sejumlah warga kota.

Pelaksanaan eksekusi mati digelar di Owensboro bukan kabar baik bagi Florence Thompson. Ia yang mengambil alih jabatan sherif dari suaminya yang meninggal dunia tiga bulan sebelumnya akan menjadi algojo perempuan pertama dalam sejarah Amerika Serikat.

Adalah tanggung jawab hukum bagi ibu empat anak itu, untuk membuka pintu jebakan, agar leher terpidana mati terjerat tali gantungan.

Namun, Sherif Thompson urung melakukannya setelah berkonsultasi dengan seorang pendeta. "Itu adalah beban berat untuknya," kata salah satu putranya, seperti dikutip Boston.com. Thompson kemudian digantikan seorang pensiunan polisi, Arthur Hash.

Gambar-gambar yang diambil pada Jumat pagi itu menunjukkan kerumunan besar orang, pria, wanita, juga anak-anak, berdiri di pusat kota Owensboro. Beberapa menaiki atap bangunan, memanjang tembok hingga tiang.

Beberapa orang menyesap limun saat tim eksekusi memasang tudung hitam di kepala Bethea hingga ketika tubuh terpidana mati itu jatuh ke lubang perangkap. Dokter menyatakan, ia meninggal dunia 10 menit kemudian.

Pelaksanaan eksekusi di Owensboro, Kentucky dikecam banyak orang. Sejumlah pihak mempertanyakan mengapa pertunjukkan sadis seperti itu bisa digelar di muka umum.

Dua tahun kemudian, negara bagian Kentucky, Amerika Serikat menghapus eksekusi mati terbuka di depan umum. 

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews