Yani Beralih dari Nelayan ke Buruh Harian Demi Bertahan di Musim Selatan

Yani Beralih dari Nelayan ke Buruh Harian Demi Bertahan di Musim Selatan

Tanggul udang jadi usaha alternatif yani usai jadi buruh harian di Tanjungpinang. (Foto: Ary/Batamnews)

Bintan - Musim Angin Selatan membuat para nelayan di beberapa kecamatan di Kabupaten Bintan kesulitan dalam melaut.

Mereka terpaksa menghentikan aktivitas mencari ikan. Sebab akhir-akhir ini, angin dan ombak di perairan Kabupaten Bintan tergolong ekstrem.

Akibatnya, banyak para nelayan beralih pekerjaan untuk menutupi kebutuhannya sehari-hari. Seperti yang dialami, Yani seorang nelayan asal Bintan ini. Dia terpaksa menjadi buruh harian.

"Mau gimana lagi, ombak dan angin sangat kuat di laut. Kalau kami tetap melaut tak ada jaminan keselamatan. Makanya kami cari kerjaan lain," ujar nelayan kelahiran Tembilahan ini, Senin (13/8/2018).

Biasanya, ayah lima anak ini dia mencari ikan dengan mengarungi beberapa perairan. Mulai dari perairan Pulau Mapur, Pangkil, Sungai Kecil sampai Pulau Marapas.

Dengan melaut ke empat perairan itu dia bisa memenuhi kehidupan sehari-hari keluarga kecilnya. Mulau dari membeli kebutuhan pokok hingga membiayai sekolah anak-anaknya.

"Dua anak saya masih sekolah di SD Tanjungpinang. Dua lagi sudah tidak sekolah dan satu lagi masih bayi. Istri tidak bekerja, jadi saya sendiri tulang punggung keluarga," jelasnya.

Demi memenuhi kebutuhan lima anaknya itu, dia rela mengerjakan apapun. Salah satunya menjadi buruh kasar harian di salah satu pelabuhan yang berada di Tanjungpinang. 

Pekerjaan buruh kasar itu ditekuninya dari pagi sampai sore hari. Selanjutnya dia mengerjakan usaha lainnya yaitu membangun tangkul udang di sungai yang tak jauh dari kediamannya. 

"Sebelum masuk musim angin kencang ini saya ada sisihkan uang untuk bangun tangkul udang. Jadi sepulang jadi buruh angkat barang di pelabuhan, saya lanjutkan menangkap udang di sungai. Lumayan dapatnya 1-2 ons," jelasnya.

Meskipun hasil yang diperolehnya tidak sebesar sebagai nelayan. Tetapi kedua aktivitas itu harus terus dijalaninya selama musim angin selatan ini melanda. 

"Biasanya musim ekstrim ini berakhir pada Agustus ini. Jadi September laut sudah teduh dan bisa beraktivitas lagi cari ikan keliling laut Bintan," ucapnya. 

(ary)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews