TOMAT Hadirkan Film Sekala Niskala di Batam, Begini Keseruannya

TOMAT Hadirkan Film Sekala Niskala di Batam, Begini Keseruannya

Puluhan penonton Sekala Niskala berfoto setelah pemutaran film. (Foto: Ilham Yude/Batamnews)

Batam - The original movie and art (TOMAT) menggelar layar TOMAT ke-8 di Komplek Ruko Graha Mas Blok A No 10 lantai 3, Batam Center, Kota Batam, Minggu (13/8/2018) malam.

Pemutaran film berjudul Sekala Niskala garapan Kamila Andini yang terinspirasi dari adat yang ada di Bali ini dihadiri puluhan pecinta film bergenre indie di Batam, khususnya anak-anak muda.

Film yang bercerita tentang Tantra dan Tantri sepasang saudara kembar yang selalu menghabiskan waktu bersama di rumah maupun di ladang. Namun suatu ketika Tantra mengalami suatu penyakit yang membuat dia harus terus terbaring di rumah sakit karena mengalami kelumpuhan syaraf sehingga dia tidak sadarkan diri dan kehilangan fungsi inderanya satu persatu.

Sejak awal cerita, kematian Tantra memang sudah ditegaskan sebagai keniscayaan, namun Tantri menyangkalnya dengan menolak menengok saudaranya di ruang inap karena tidak mau kehilangan saudaranya itu.

Tantri malah mencoba menyelamatkan keriangan mereka lewat dunia yang ia buat secara khusus untuk dirinya dan saudara kembarnya. Di sana mereka saling bertukar cerita, irama, dan makna.

Dalam Sekala Niskala, Kamila Andini menokohkan Tantri sebagai protagonis yang keras kepala. Ia menolak berduka dengan menghidupkan kembali adiknya melalui pertemuan-pertemuan rahasia mereka di dunia niskala yang diisi dengan tarian yang dibawakan keduanya. 

Rangkaian gerak tari ini hadir untuk membahasakan emosi yang tak mampu diutarakan secara verbal oleh Tantri. Berduka, bagi Tantri, bukanlah duduk sesenggukan di samping kasur rumah sakit sambil mengutarakan kalimat-kalimat bernada lirih. Alih-alih pengelakan akan kehilangan dimanifestasikan melalui tari-tarian yang gaduh namun sunyi.

Sekala dan niskala yang dirujuk dalam judul film berakar dari filosofi umat Hindu Bali tentang dua dunia paralel. Sekala diartikan sebagai dunia berserta isinya yang dapat dilihat, disentuh, ditangkap oleh panca indra manusia—realitas sehari-hari yang dapat dinalar oleh orang kebanyakan. 

Sementara niskala adalah dunia yang oleh sebagian besar manusia tak dapat ditangkap dengan indera, yang oleh karenanya kerap dianggap berada di luar nalar atau lazim disebut sebagai ‘dunia gaib’.

Sekala dan niskala tidak saling bertentangan. Keduanya berjalan bersisian, saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam film, dualitas tersebut terwujud melalui penggambaran keseharian yang dialami Tantri yang secara visual selaras dengan adegan-adegan serupa mimpi. Sama terangnya, sama gelapnya.

Salah satu pendiri komunitas TOMAT, Aryanti Agustin mengatakan pemutaran film Sekala Niskala ini di Batam sebagai bentuk pengenalan film-film lokal yang bermutu namun tidak terlalu terekspos di Indonesia.

“Kami saling bantu-membantu untuk mempromokan film dari temen-temen dan ketika ada film ini, kita dikasih kesempatan sama si filmmaker pemutaran filmnya di sini, dikasih kepercayaan untuk muter film itu, makanya kita putar di sini,” kata dia kepada batamnews.co.id setelah pemutaran film.

Salah satu penonton yang hadir di sana, Vinda menyebutkan film tersebut sangat bagus dan untuk budayanya juga sangat terlihat.

“Untuk culture Balinya menarik ya, tapi inti ceritanya tadi awalnya kurang paham, tapi setelah dijelasin saya ngerti juga akhirnya. Kerenlah pokoknya,” kata dia.

(ude)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews