Wanita Tangguh di Hari Kartini

Sibuk Memulung, Sari Lupa Rayakan Hari Kartini

Sibuk Memulung, Sari Lupa Rayakan Hari Kartini

Sari yang tetap banting tulang di Hari Kartini (Foto: Batamnews)

Matahari menyegat di atas ubun-ubun. Bulir-bulir keringat sebesar jagung mengalir di sekujur wajah kuning langsat itu. Sesekali ia menyeka dan menghempaskannya ke sisi lain, seolah-olah meminta keringat itu untuk jangan terus mengalir.

Panas matahari tidak bisa dihindari. Hanya seuntas kerudung orange yang lusuh diletakan di atas kepala. Baju putih dan celana legging hitam membaluti tubuhnya yang sedang hamil tua. 

Tak ada kata menyerah bagi Sari dalam mencari sesuap nasi. Semua ia lakukan termasuk menjadi seorang pemulung.

Tiba-tiba ia melintas ke beberapa toko yang berada di depan Vihara dan mengupas isi tempat sampah. Dari toko satu ke toko lainnya.

Jalannya perlahan mengotong buah hatinya yang masih dalam kandungan hingga dua bulan ke depan. 

Tiba-tiba wanita bernama Sari itu mau diajak bercerita. Ia pun berhenti dan mencoba duduk dikursi salah satu toko yang berada tidak jauh dari Vihira.

Duduk perlahan, menghela napas dan menyeka keringat yang membasahi wajahnya.

"Capek Mas dan sakit, bagaimana lagi," ujarnya dengan wajah sedikit malu-malu itu dan terkadang tersenyum.

Wanita bernama lengkap Ratna Sari itu merupakan ibu dari dua orang anak. Menjadi pemulung sudah digelutinya sejak ia hamil muda sekitar tujuh bulan lalu.

Sebelumnya wanita muda ini menjual koran di simpang Gelael Sei Panas. Penjualan koran sudah tidak lagi menjanjikan ketika itu, apalagi muncul smartphone yang bisa digunakan untuk baca berita tanpa membeli koran. 

“Sekarang lewat handhpone bisa, palingan orang beli koran karena kasihan,” katanya. Itu pula alasan Sari banting setir.

Penghasilannya pun menurun. Wanita biasa disapa Sari ini banting stir. Beralih menjadi pemulung.

Seperti kerja kantoran, Sari punya jam untuk bekerja, mulai pukul 09.00 WIB hinga 16.00 WIB.

Sejak jam 09.00 wib ia sudah mulai dengan karung goni besarnya. Mulai menjajah tong sampah yang berada di rumah dan ruko yang berada disekitar jalan dari simpang Gelael memutar ke arah Vhihara.

"Kalau penuh antar pulang, balik lagi, kalau cepat bisa sampai tiga kali putar," ujar wanita kelahiran 20 Juni 1997 itu.

Ia melanjutkan, hasil mulungnya setiap hari dikumpulkan di rumahnya yang berada di daerah Marcellia. Jika sudah mulai menumpuk baru dijual. "Kalau harga lagi mahal bisa dapat 300 ribu dua minggu," ujarnya.

Satu kilo kaleng di budget 17 ribu rupiah, sedangkan botol plastik hanya 2000 rupiah dan kardus satu kilo dihargai 5000 rupiah. "Satu kilo kaleng itu sekitar 60 biji mas, kalau botol plastik satu kilo 100 buah lebih mas," jelasnya. 

Memulung dengan keadaan hamil tua sudah dua kali ia lakukan. Yang pertama ketika ia mengandung anak keduanya yang bernama Ramadan.

"Biasanya kan ada tanda melahirkan mas, kalau ada tanda paling langsung ke rumah sakit," katanya.

Sesekali Sari menjerit menahan sakit bagian perutnya, meskipun harus mengotong kandungan sambil membawa satu karung goni. 

"Ya sakit tahan aja mas, gimana lagi," ucapnya.

Sari mengatakan, hal ini dilakukannya hanya untuk buah hatinya semata. "Ya untuk anak aja," katanya.

Malangnya wanita asal Medan ini terpaksa, menjadi tulang pungung keluarga. Pasalnya beberapa bulan yang lalu suaminya mengalami kecelakaan sehingga mengalami luka serius. Membuat ia tidak dapat bekerja.

“Sekarang suami di rumah, belum bisa ngapain kakinya retak,” katanya.

Sari tidak tahu apa yang harus ia lakukan setelah melahirkan nanti. Kondisi tentu memaksa ia untuk tidak bekerja selama satu bulan lebih. “Belum tau mas,” ujar wanita yang masih berumur 20 tahun itu.

Bahkan Sari tahu hari ini merupakan Hari Kartini. Baginya kartini sosok pahlawan buat wanita. “Tahulah namanya dulu pernah sekolah, tapi bagaimana memaknainya susah untuk dijelaskan,” jelasnya.

(tan)

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews