AS dan 14 Negara Eropa Umumkan Pengusiran Diplomat Rusia

AS dan 14 Negara Eropa Umumkan Pengusiran Diplomat Rusia

Konsulat Rusia. (foto: istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Brussel - Sebanyak 14 negara Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) mengusir diplomat Rusia yang ada di negara. Selain itu, AS dan Kanada mengikuti langkah tersebut.

Pengusiran tersebut buntut dari percobaan pembunuhan terhadap mantan agen ganda Sergei Skripal. CNN melaporkan Senin (26/3/2018), total ada lebih dari 100 diplomat Rusia yang harus angkat kaki. 

Presiden Uni Eropa (UE) Donald Tusk berkata, terdapat 14 negara yang sudah mengumumkan persona non grata (tidak menginginkan) diplomat Rusia di negara mereka. "Tindakan lanjutan, antara lain pengusiran tambahan, bisa terjadi dalam beberapa hari atau pekan mendatang," kata Tusk dari Varna, Bulgaria, dilansir AFP. 

Jerman, Perancis, dan Polandia mengumumkan bahwa masing-masing negara bakal mengusir empat diplomat Rusia. 

Kemudian dari Ukraina, Presiden Petro Poroshenko mengumumkan bahwa 13 diplomat Kremlin harus segera angkat koper dari Kiev. Dalam pernyataannya, sejak awal hubungan Kiev dan Moskwa sudah "dingin" sejak Rusia menduduki Criema pada 2014, dan mendukung aksi separatis di kawasan utara Ukraina. 

"Langkah selanjutnya adalah memperbesar konsekuensi yang harus dibayar Moskwa karena kejahatan internasional yang mereka lakukan," beber Poroshenko. 

Sebelumnya dua negara yakni Jerman dan Ukraina telah mengumumkan pengusiran diplomat Rusia. Kementerian Luar Negeri Jerman mengumumkan mereka telah mengusir tiga diplomat Rusia, sedangkan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko menyatakan pihaknya mengusir 13 diplomat Moskow.

Selain Jerman dan Ukraina, negara UE lain yang telah mengumumkan pengusiran diplomat Rusia adalah Belanda, Italia, Estonia, Ceko, Lithuania, Latvia, Polandia, dan Prancis. 

Dari kawasan Amerika Utara, AS menjadi negara yang paling besar mengusir diplomat Rusia dengan 60 orang harus segera pergi dari Negeri "Paman Sam". 

Keputusan negara-negara di Eropa dan Amerika Utara mendapat respon positif dari Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson. "Hari ini, komunitas internasional memberikan respon luar biasa dengan melakukan pengusiran terbesar terhadap diplomat Rusia, dan membantu mempertahankan keamanan bersama," kata Johnson.

Sebelumnya pada 14 Maret, Perdana Menteri Theresa May mengumumkan pengusiran kepada 23 diplomat Rusia yang diduga adalah agen rahasia. Langkah tersebut dilakukan setelah kasus Sergei Skripal, mantan agen ganda dan putrinya Yulia, ditemukan di sebuah bangku di Salisbury 4 Maret lalu. 

Dalam tubuh mereka, pihak keamanan Inggris menemukan senyawa kimia bernama Novichok. Senyawa tersebut merupakan racun saraf paling mematikan yang diciptakan di era Uni Soviet. Kremlin kemudian membalas Inggris dengan mengusir 23 diplomat, serta menghentikan kantor organisasi internasional British Council (17/3/2018).

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memutuskan untuk mengusir puluhan diplomat Rusia. Bukan hanya itu, Trump juga memerintahkan untuk penutupan Konsulat Jenderal Rusia yang bertempat di Seattle.

"Hari ini, Presiden Donald J. Trump memerintahkan pengusiran puluhan perwira intelijen Rusia dari AS dan penutupan konsulat Rusia di Seattle karena berlokasi dekat dengan salah satu pangkalan kapal selam kami dan Boeing," kata Gedung Putih, seperti dikutip dari laman resmi mereka pada Senin (26/3/2018).

Sebelumnya, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan, Rusia akan memberikan respon yang sangat keras jika AS memutuskan untuk mengikuti langkah Inggris mengusir diplomat Rusia, terkait dengan kasus Sergei Skripal.

"Rusia akan menanggapi dengan cara yang sama jika AS mengusir diplomat Rusia atas kasus serangan dengan racun terhadap Skripal di Inggris," kata Peskov.

(ind)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews