Ini Sosok di Balik Kebocoran 50 Juta Data Pengguna Facebook

 Ini Sosok di Balik Kebocoran 50 Juta Data Pengguna Facebook

Aleksandr Kogan, sosok di balik isu dugaan kebocoran data pengguna Facebook. (Sumber: Ekla.in)

BATAMNEWS.CO.ID, Menlo Park - Kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook, bisa dibilang berawal dari Aleksandr Kogan. Kogan adalah seorang akademisi yang diduga membuat "kuis" untuk mengetahui kepribadian pengguna Facebook. Akhirnya, ia angkat bicara terkait merebaknya skandal besar ini.

Dalam wawancaranya dengan Anderson Cooper, Kogan mengaku tak tahu hasil penelitiannya akan dipakai untuk kepentingan politik, apalagi dipakai oleh kubu Donald Trump.

Hasil data yang "diambil" Kogan dari Facebook berasal dari pengguna yang mengambil kuis buatannya, kemudian diduga dipakai pada kampanye politik.

Pria yang aktif sebagai dosen di Fakultas Psikologi Universitas Cambridge itu menjelaskan, pihak Cambridge Analytica mengajaknya untuk melakukan pekerjaan konsultasi. Sebagai catatan, Cambridge Analytica tak ada kaitannya dengan Universitas Cambridge.

"Mereka awalnya mengajakku untuk melakukan kerja konsultasi," ucapnya kepada Anderson Cooper, seperti yang dilansir dari CNN, Rabu (21/3/2018).

Ia melanjutkan bahwa proyek itu diadakan untuk mengumpulkan data, bukan untuk kepentingan laba.

"Saya seorang akademisi, saya tidak tahu apa-apa tentang mendirikan perusahaan," kata Kogan.

Saat Anderson bertanya apakah Kogan tahu bahwa data yang ia kumpulkan akan dipakai untuk kepentingan politik, ia mengaku tidak mengetahuinya secara menyeluruh.

"Saya tahu itu untuk konsultasi politik, tapi di luar itu saya tidak tahu," ucapnya.

Ketika terus ditekan oleh Anderson mengenai apakah ia sadar penelitiannya dipakai untuk menarget pemilih, Kogan tampak tidak terlalu yakin.

"Saya tidak tahu. Seingatku tidak, walau mereka menggunakannya untuk tujuan politik, tapi banyak ambiguitas dalam hal itu," jelas Kogan.

Kogan turut mengungkapkan kalau data yang ia peroleh dari Facebook tidak terlalu akurat untuk menilai seorang individu, melainkan hanya untuk kelompok saja.
 
Kogan mengaku terlibat karena diajak oleh Christopher Wylie, yang merupakan staf Cambridge Analytica.

Wylie sekarang dianggap pahlawan dan whistleblower (pembocor rahasia internal perusahaan) ternyata adalah orang yang pertama kali mengajak Kogan bergabung.

Kogan kala itu diberikan kepastian oleh Wylie bahwa yang mereka lakukan sebetulnya bersifat sah-sah saja. Perihal masalah data, Kogan pun menolak disebut menjual data ke Cambridge Analytica.

"Saya tidak menjual, itu permintaan untuk membangun proyek, kami mencoba transparan dan jujur sebisa kami. Segala yang kami tunjukan pada mereka adalah inilah pemahaman terbaik tentang ilmu di bidang ini kala itu," jelas Kogan.

Dan Christopher Wylie yang yang secara eksklusif mengungkapkan kepada The Guardian dan Observer bahwa ada 50 juta data pengguna Facebook yang bocor ke tangan perusahaan yang turut dibesarkannya, Cambridge Analytica, pada 2015.

"Kami mengeksploitasi Facebook untuk memanen jutaan profil pengguna dan membangun model untuk mengeksploitasi apa yang kami ketahui tentang mereka dan menargetkan iblis-iblis dalam diri mereka. Itu adalah dasar dari dibangunnya perusahaan," kata Wylie, mendeskripsikan apa itu Cambridge Analytica.

Parahnya, meski para pengacara Facebook mengetahui insiden ini—bahkan di satu titik mengingatkan bahwa pemanenan data itu perbuatan tidak sah—tapi Wylie mengatakan Facebook tak melakukan tindakan apapun untuk memastikan bahwa Cambridge Analytica menghapus jutaan data itu.

"Facebook tidak membuat upaya apapun untuk mendapatkan data-data itu kembali," ungkap Wylie. 

Peringatan dari Facebook sendiri terbilang lambat karena baru dilakukan menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu.

(ind)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews