BI: Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sedikit Menguat

BI: Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sedikit Menguat

Kawasan industri shipyard di Batu Ampar yang terpukul akibat melemahnya ekonomi di Kepri beberapa waktu lalu (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Pertumbuhan ekonomi di Kepuluan Riau pada Triwulan IV tahun 2017 menunjukkan tren positif. Sektor ekonomi mulai menguat. Tercatat pertumbuhannya sudah pada angka 2,57 % (yoy). 

Dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kepri triwulan III yang masih tercatat 2,38 % (yoy), namun secara tahunan Kepala Bank Indonesia perwakilan Kepri, Gusti Raizal Eka Putra mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun 2017, belum bisa mengangkat karena masih pada angka 2,01 % (yoy). 

"Belum bisa mengangkat, jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 yang tercatat 5,03 % (yoy)," ujar Gusti kepada wartawan di Harris Hotel, Rabu (28/2/2018). 

Gusti menjelaskan perlambatan kinerja sektor utama di Kepri seperti konstruksi dan pertambangan masih menekan daya beli rumah tangga, dan berakibat pada perlambatan konsumsi Rumah tangga, dan sama halnya dengan konsumsi pemerintah. 

"Secara tahunan, perlambatan konsumsi rumah tangga, tercatat tahun 2016 pada angka 6,82 %  sedangkan tahun 2017 tercatat pada angka 6,46 %, konsumsi pemerintah juga melambat karena rendahnya capaian realisasi belanja pada 2017," kata dia. 

Tahun 2017, Net ekspor mengalami pertumbuhan negatif karena ekspor pelemahan ekspor antar daerah lemah. Secara tahunan, Kontraksi net ekspor disumbangkan oleh kontraksi ekspor antar daerah. 

"Jika dari investasi, kinerja mulai membaik namun masih tumbuh terbatas, terutama karena kontribusi investasi bangunan, tercatat pertumbuhan investasi tahun 2017 sebesar 3,13 % dan tahun 2016 tercatat 2,44 %," katanya. 

Secara penawaran dari berbagai indikator mengalami perlambatan dan pertumbuhan negatif, seperti dari sektor perdagangan tahun 2017 melambat karena penjualan mobil, dan kinerja belanja pemerintah yang melambat, kemudian sektor konstruksi dan industri juga melambat. 

"Konstruksi kita tahun 2017 mengalami kontraksi, dimana triwulan IV tumbuh -0,18 %, secara tahunan tumbuh 3,45 % (yoy) sedangkan tahun 2016 tumbuh 4,47 % (yoy), dan pelemahan industri dipengaruhi masih lemahnya permintaan terutama industri pembuatan japal, industri besi baja serta industri pendukung migas yang belum mendapat proyek baru," jelasnya. 

Gusti menambahkan dari sektor pertambangan mengalami kontraksi, tercatat tahun 2017 pertambangan tumbuh -4,43 % (yoy), namun membaiknya tren harga minyak masih mendorong kinerja pertambangan. 

"Kontraksi pertambangan bersumber dari penurunan hasil minyak dan gas," ucapnya.

(ret)

 

Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews