Air Mata dan Doa di Kuburan Massal Korban Tsunami Aceh

Air Mata dan Doa di Kuburan Massal Korban Tsunami Aceh

Seorang bocah berdoa di tanda kuburan massal Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. (foto: istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Banda Aceh - Suasana kuburan massal Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh begitu hening. Satu per satu warga berdatangan sejak pukul 06.00 WIB pagi. Ratusan warga yang berdatangan ke lokasi kuburan massal Ulee Lheue, berziarah dan berdoa ke kuburan massal.

Sebanyak 14.264 jasad disemayamkan secara bersama di sana.

Setiap tahun warga yang datang dari berbagai desa bahkan daerah di Aceh untuk mengenang sanak keluarganya yang menjadi korban tsunami.

Zikir dan doa bersama memperingati 13 tahun gempa dan tsunami Aceh tersebut turut dihadiri Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman serta sejumlah kepala satuan kerja perangkat daerah, dan keluarga korban bencana 26 Desember 2004.

Dalam kegiatan tersebut warga larut dalam doa dan zikir. Tidak sedikit dari mereka meneteskan air mata. Kendati begitu, mereka tetap khusyuk mengikuti doa dan zikir bersama.

Rohani, keluarga korban tsunami, mengaku setiap tahun berdoa di kuburan massal tersebut. Ia meyakini keluarganya yang menjadi korban bencana 13 tahun silam dimakamkan di Kuburan Massal Ulee Lheue.

"Saya yakin, keluarga saya yang menjadi korban tsunami dimakamkan di tempat ini. Saya selalu berdoa di kuburan massal ini," kata Rohani seraya menyebutkan ada sejumlah keluarganya meninggal dunia saat gempa dan tsunami 13 tahun silam.

Ucapan senada juga disampaikan Nur Azizah, warga Blang Oi, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Ia mengaku setiap 26 Desember selalu berdoa di Kuburan Massal Ulee Lheue karena dirinya yakin keluarganya dimakamkan di tempat itu.

"Walau saya tidak tahu pasti di mana makam mereka, tetapi saya meyakini mereka dikuburkan di tempat ini. Sudah 13 tahun berlalu, saya masih merasa kehilangan mereka," kata dia, seperti dilansir Antara.

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengajak masyarakat tidak larut dengan musibah yang terjadi 13 tahun lalu tersebut. Masyarakat harus mampu bangkit menata hidup lebih baik lagi.

"Jangan larut dengan musibah. Kami mengajak bangkit keluar dari musibah. Walau musibah tersebut sulit dilupakan," kata Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman.

Gempa berkekuatan 9,2 skala Richter disusul tsunami yang terjadi di Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 meluluhlantakkan sebagian Provinsi Aceh. Bencana tersebut mengakibatkan lebih dari 250 ribu orang meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal. 

Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memerintahkan warganya menaikkan bendera merah putih setengah tiang demi mengenang bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi 13 tahun silam.

"Penaikan bendera setengah tiang berlangsung tiga hari, terhitung sejak 25 hingga 27 Desember 2017 dalam rangka mengenang tragedi tsunami menerpa Aceh pada 26 Desember 2004," kata Sekda Aceh Barat Bukhari di Meulaboh, Senin (25/12/2017).

Dalam surat edaran peringatan 13 tahun tsunami Aceh, Sekda Aceh Barat meminta bendera setengah tiang dikibarkan oleh instansi pemerintah, rumah-rumah penduduk, dan semua pertokoan.

"Kami juga meminta masyarakat daerah ini untuk dapat mengisi acara yang bernuansa Islami, seperti tafakur, tasyakur, dan tausiah di masjid-masjid, meunasah, surau, dayah, pesantren, serta tempat ibadah lainnya," kata Bukhari, seperti dikutip Antara.

Kasubag Hubungan Media Massa Sekdakab Aceh Barat Adi Wijaya menyatakan akan menggelar zikir akbar memperingati 13 tahun gempa dan tsunami Aceh yang dipusatkan di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh.

"Tahun ini tidak diadakan acara di kuburan massal korban tsunami, hanya di Masjid Agung zikir bersama, tausiah, dan penyantunan anak yatim. Tetapi, pemda tidak melarang warga yang ingin ziarah atau kenduri rakyat di dekat lokasi kuburan massal," katanya.

(ind)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews