Kepala Ditembak Tentara Israel, Bocah Palestina Koma

Kepala Ditembak Tentara Israel, Bocah Palestina Koma

Mohammed Tamimi, bocah 14 tahun asal Palestina, dalam kondisi koma setelah ditembak kepalanya oleh tentara Israel saat demo hari Jumat lalu. (Foto/Al Jazeera)

BATAMNEWS.CO.ID, Tepi Barat - Mohammed Tamimi, bocah 14 tahun asal Palestina, koma setelah kepalanya ditembak tentara Israel dari jarak dekat. Bocah itu ditembak dengan peluru karet saat demo di Tepi Barat menentang pengakuan Amerika Serikat (AS) soal Yerusalem Ibu Kota Israel.

Penembakan terjadi pada hari Jumat pekan lalu. Manal Tamimi, 43, sepupu perempuan korban, mengatakan peluru karet tentara Israel menembus wajah korban melalui bawah hidungnya dan mematahkan rahang sebelum masuk ke tengkorak.

”Darah itu mengalir dari wajahnya seperti air mancur,” kata ibu empat anak itu kepada Al Jazeera pada hari Minggu.

”Itu sangat menakutkan, tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan. Kami takut untuk memindahkannya. Dia telah pingsan dan kami takut dia sudah meninggal,” ujarnya Manal Tamimi.

Dengan luka yang menyebabkan pendarahan internal, Mohammed menjalani prosedur operasi enam jam yang melibatkan tujuh ahli bedah Palestina di Rumah Sakit Istishari dekat Ramallah.

Para dokter mengeluarkan peluru itu dan memulihkan kondisi rahangnya. Namun, Mohammed kini koma secara medis dalam 72 jam terakhir.

”Situasinya sangat buruk,” kata Manal. ”Dokter khawatir dia mungkin telah menderita akibat penglihatan dan pendengarannya,” lanjut dia.

Keluarga tersebut tidak akan mengetahui tingkat keparahan yang dialami bocah itu. Suami Manal, Billal, telah menjelaskan kondisi Mohammed kepada warga yang memadati rumah sakit tersebut sebagai bentuk solidaritas kepada keluarga Mohammed selama operasi. Banyak dari warga yang menyumbangkan darahnya.

Tentara Israel tidak menanggapi permintaan Al Jazeera untuk memberikan komentar.

Peluru karet banyak digunakan oleh pasukan keamanan Israel sebagai senjata kontrol ketika terjadi kerumunan massa. Penggunaan senjata itu telah memicu protes dari kelompok hak asasi manusia dan aktivis karena dampaknya yang mematikan.

Penggunaan peluru tersebut sejatinya dilarang di Israel dan Kota Yerusalem sejak lebih dari satu dekade yang lalu setelah sebuah penyelidikan diluncurkan atas pembunuhan sedikitnya 12 warga Palestina pada tahun 2000.

Sebagi gantinya, pasukan keamanan Israel mulai menggunakan peluru berbentuk spons atau “plastik” di wilayah Israel dan Yerusalem. Tapi, pasukan negara Yahudi itu ternyata masih terus menggunakan peluru karet di Tepi Barat.

Manal dan Bilal mengatakan sekitar 10 pemrotes terluka oleh peluru karet di Nabi Saleh pada hari Jumat lalu.

”Mereka (Israel) mengklaim bahwa peluru ini tidak berbahaya dan hanya digunakan untuk menakut-nakuti pemrotes. Tapi, itu tidak benar,” kata Manal.

”Peluru ini bisa membunuh,” katanya lagi.

Kelompok hak asasi manusia Israel, BTselem, mengatakan sekitar 19 warga Palestina, termasuk 12 anak di bawah umur, dibunuh oleh peluru karet antara tahun 2000 dan 2013.

Selain bocah ini, seorang pendemo di kursi roda juga ditembak hingga tewas. 

(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews