Ini Profil 4 Pejuang yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Ini Profil 4 Pejuang yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Sebuah pementasan drama mengenai perjuangan Sultan Mahmud Riayat Syah III. (foto: ist/marwahkepri)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - ‎Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional untuk empat tokoh pejuang bangsa yang sudah berjasa dalam membela Tanah Air. Gelar pahlawan dinobatkan dalam sebuah upacara dipimpin Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (9/11/2017).

Pemberian gelar ini berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Keempat tokoh tersebut adalah TGKH Muhammad Zainuddin Madjid (Nusa Tenggara Barat),‎ Laksamana Malahayati (Aceh), ‎Sultan Mahmud Riayat Syah III (Kepulauan Riau) dan ‎Prof. Drs. Lafran Pane (DI Yogyakarta)‎.

Berikut profil keempat pahlawan tersebut dari beberapa sumber:‎ ‎

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid berasal dari Nusa Tenggara Barat. Dia lahir ‎di Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 5 Agustus 1898 dan meninggal di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 21 Oktober 1997. Muhammad Zainuddin tutup usia dengan umur 99 tahun. ‎

Ia merupakan salah seorang pejuang Indonesia. Muhammad Zainuddin juga merupakan pendiri Nahdlatul Wathan. Gelar tuan guru diberikan kepada Muhammad Zainuddin karena dianggap sebagai tokoh agama yang mampu membina, membimbing dan mengayomi umat Islam dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan di daerahnya.‎

Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati merupakan pejuang perempuan yang berasal dari Kesultanan Aceh.‎ Malahayati dikenal sebagai panglima perang perempuan pertama di dunia.

Laksamana Malahayati pernah memimpin 2.000 pasukan Inong Balee atau janda-janda pahlawan yang telah syahid berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng penjajah Eropa, pada 11 September 1599.

Dalam pertempuran itu, pejuang perempuan asal Tanah Rencong itu berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Cornelis adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda.

Malahayati diketahui mendapat gelar laksamana atas keberaniannya, sehingga kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.

Sultan Mahmud Riayat Syah

Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau. Sultan Mahmud Syah III merupakan sultan Johor-Riau-Lingga ke-16 pada 1761-1812 Masehi. Raja Mahmud Syah III masih berusia setahun ketika dinobatkan sebagai Sultan.

Ia menggantikan Sultan Ahmad Riayat Syah (Marhum Tengah) yang mangkat pada tahun 1761, dengan gelar Sultan Mahmud Syah III.

Sultan Mahmud Syah III dikenal sebagai ahli gerilya laut. Bahkan, pemerintah Malaysia juga menghormatinya.

Demi taktik perang melawan Belanda, Sultan Mahmud Syah III kemudian memindahkan Ibukota kerajaan di Lingga hingga akhir hayatnya, tahun 1812 M. Sebagai pemimpin tertinggi Kerajaan Johor-Riau-Lingga dan Pahang, banyak kebijakan Sultan Mahmud Syah III yang strategis dan monumental.

Salah satunya dengan memerintahkan perjuangan melawan penjajah dalam perang di Teluk Riau dan Teluk Ketapang Melaka pada tahun 1784. Dalam peperangan ini, panglima perang Raja Haji Fisabillillah, tewas sebagai syahid.

Meski mengalami kekalahan, tidak menyurutkan perjuangan Sultan Mahmud Syah III melawan penjajah. Beliau justru semakin memperkuat armada perangnya, menyusun strategi dan membangun pusat-pusat ekonomi.

Sultan Mahmud Syah III juga mempererat kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang dengan beberapa kerajaan lainnya seperti Jambi, Mempawah, Indragiri, Asahan, Selangor, Kedah dan Trenggano.

Sultan Mahmud Syah III, menguatkan persaudaraan antara Melayu dan Bugis melalui sumpah setia dan pernikahan antara kedua belah pihak. Kebijakan Sultan ini terbukti mampu menjadi senjata ampuh, melawan penjajah yang terkenal dengan politik adu dombanya.

Pada masanya juga, Lingga dirintis menjadi pusat tamaddun Melayu. Diantaranya menggalakkan dunia tulis (mengarang) dalam kitab-kitab ajaran agama Islam dan bahasa (sastra) Melayu. Kelak, bahasa Melayu menjadi cikal bakal bahasa pemersatu nusantara, yakni bahasa Indonesia.

Sultan Mahmud Syah III, menjadikan Pulau Penyengat sebagai maskawin pernikahannya dengan Engku Puteri Raja Hamidah binti Raja Haji. Berkat perjuangan Sultan pula, akhirnya Lingga dan Pulau Penyengat menjadi kota yang hebat. Lingga kemudian dikenal sebagai Bunda Tanah Melayu dan Pulau Penyengat sebagai Pulau Indera Sakti.

Prof Lafran Pane

Prof Lafran Pane adalah pahlawan nasional yang keempat yang diberi gelar Kepala Negara. Ia lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada 5 Februari 1922. Atas perjuangannya yang mempertahankan kemerdekaan dengan mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjadikan salah satu pemikir bangsa ini pantas menjadi pahlawan nasional.

HMI yang didirikan pada 5 Februari 1947 itu merupakan organisasi tertua dan terbesar mahasiswa yang telah banyak melahirkan tokoh dan pemimpin di Indonesia.

(ind)

Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews