Bayi Rohingya 18 Bulan Trauma Kena Ledakan Bom Myanmar

Bayi Rohingya 18 Bulan Trauma Kena Ledakan Bom Myanmar

BATAMNEWS.CO.ID - Taslima Bezum, nama bayi etnis Rohingya berusia delapan belas bulan ini. Dia masih ketakutan meski berada di dekapan ibunya, Areta, 18, di kamp pengungsi di kawasan Cox’s Bazar, Bangladesh.

Bagian atas kapala Taslima memerah, sekilas seperti luka sobek. Namun, itu adalah luka bakar akibat serangan tentara Myanmar di dekat rumahnya dalam kekerasan di negara bagian Rakhine beberapa waktu lalu.

Areta takut bayi perempuannya tidak akan bertahan lama. Ibu dan bayi itu berada di antara 12 kamp pengungsi kumuh di Bangladesh, di mana ratusan ribu pengungsi Rohingya yang putus asa meminta bantuan.

Areta sampai di tempat yang aman dengan menaiki kapal nelayan yang penuh sesak untuk menyeberangi Sungai Naf yang berbahaya dengan guyuran hujan.

“Militer datang ke rumah saya dan menembakkan peluru di rumah saya,” kata Areta, menceritakan operasi militer Myanmar di desa-desa etnis Rohingya, salah satunya di desa Nabura, di negara bagian Rakhine. 

Operasi militer itu sebagai respons atas serangan gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) terhadap puluhan pos polisi yang menewaskan sekitar 12 petugas pada 25 Agustus 2017.

”Mereka menyiksa orang-orang di desa dan kemudian mereka memicu ledakan, sebuah bom, di dekat rumah saya. Kepala bayi saya terbakar,” keluh Areta, seperti dilansir Mirror, Minggu (1/10/2017).

”Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kami mencoba menenangkannya, agar dia tetap aman. Kami pergi ke dokter di Myanmar tapi tidak ada obatnya,” lanjut Areta.

”Saya ketakutan. Saya tidak tahu apakah anak perempuan saya akan selamat atau meninggal. Saya adalah ibunya dan tidak ada yang bisa saya lakukan.”

Kamp-kamp tempat Areta berlindung dipadati para pengungsi Rohingya ketika Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina membuka perbatasan tak lama setelah etnis minoritas itu melarikan diri dari kekerasan di Rakhine setelah tanggal 25 Agustus.

Di kamp pengungsi yang kumuh, penyakit mulai mengancam mereka. Kisah memilukan tak hanya datang dari Areta dan bayinya. Beberapa pengungsi menceritakan eksekusi, pembekaran dan pelecehan seksual yang mengerikan. 

(snw)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews