Alquran Berserakan di Desa Rohingya yang Dibakar

 Alquran Berserakan di Desa Rohingya yang Dibakar

Kebakaran terbaru yang terjadi di desa muslim Rohingya. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Rakhine - Para jurnalis yang diizinkan mengunjungi sebuah desa Rohingya di Myanmar kemarin (7/9/2017) menyaksikan kebakaran terbaru yang terjadi di sana. Selama ini pemerintah Myanmar sulit memberi akses wartawan asing dan pegiat kemanusiaan, termasuk PBB, memasuki wilayah Rakhine. 

Dilansir dari TIME, Kamis (7/9), puluhan wartawan yang dikawal aparat pemerintah melihat api melalap rumah di Desa Gawdu Zara di sebelah utara Negara Bagian Rakhine. 

Militer Myanmar menyatakan kaum pemberontak itu membakar desa-desa, meski tudingan itu tanpa bukti. Warga Rohingya mengatakan desa mereka dibakar oleh militer dan massa Buddha yang menyerang membuat mereka lari mengungsi.

Dalam kunjungan kemarin, jurnalis melihat tidak ada satu pun warga Rohingya di lima desa yang boleh mereka datangi. Kebakaran anyar itu seolah menguatkan dugaan, bukan warga Rohingya yang membakar desa mereka sendiri.

Seorang penduduk desa yang masih berada di lokasi mengatakan polisi dan warga Buddha membakar desa itu. Tapi dia segera lari sebelum bisa ditanya lebih jauh oleh wartawan.

Tak satu pun polisi juga terlihat di desa itu. Namun sekitar sepuluh orang pria tampak membawa golok dan mereka terlihat gugup. Salah satu dari mereka mengatakan dia baru saja tiba di desa itu dan tidak tahu siapa yang membakar desa tersebut.

Di antara bangunan yang terlihat sedang dilumat api adalah sebuah madrasah. Beberapa lembar halaman kitab suci Alquran juga tampak sobek dan berserakan. Sebuah masjid di dekat situ tidak dibakar.
 
Desa lain yang dikunjungi wartawan adalah Ah Lel Than Kyaw. Di desa yang terbengkalai itu hewan ternak dan anjing berkeliaran.

Polisi lokal bernama Aung Kyaw Moe mengatakan 18 orang tewas di desa itu ketika kekerasan terjadi bulan lalu.

"Dari pihak kami satu petugas imigrasi tewas dan kami menemukan 17 mayat dari pihak musuh," kata dia.

Dia bilang kebakaran itu terjadi 25 Agustus lalu dan hingga kemarin masih menyala. Bangunan-bangunan yang dilihat jurnalis di desa itu tampak sudah habis terbakar, demikian pula mobil, motor, sepeda. Sebuah masjid juga rusak.

Di kejauhan asap hitam membubung dan suara tembakan terdengar.

"Mereka membakar rumah mereka sendiri lalu kabur," kata Aung Kyaw Moe. 

"Kami tidak melihat langsung siapa yang membakar karena harus menjaga pos kami. Tapi ketika rumah-rumah ini terbakar, hanya ada warga Bengali di desa ini."

Myanmar hingga kini tetap menyebut warga Rohingya dengan Bengali, merujuk mereka yang dianggap imigran ilegal dari Bangladesh, meski banyak keluarga Rohingya sudah tinggal turun-temurun di Myanmar.

"Perlahan, satu demi satu desa dibakar - saya percaya bahwa Rohingya sudah musnah sepenuhnya dari Rathedaung. Ada 11 desa Muslim (di Rathedaung) dan setelah dua hari terakhir semua tampak hancur," kata Chris Lewa dari kelompok pemantau Rohingya, Proyek Arakan, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (10/9/2017).

Seorang sumber, yang memiliki jaringan informan di daerah tersebut, mengatakan 300 sampai 400 etnis Rohingya yang telah bersembunyi di Ah Htet Nan Yar sekarang berada di hutan. Terbuka kemungkinan mereka akan melakukan perjalanan yang berbahaya dan berhari-hari dengan berjalan kaki di tengah hujan monsun menuju Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh.

Pemantau hak asasi manusia dan etnis Rohingya yang melarikan diri mengatakan tentara dan warga etnis Rakhine telah melakukan sebuah kampanye pembakaran yang bertujuan mengusir penduduk Muslim. Sekitar 290.000 orang telah melarikan diri melintasi perbatasan Bangladesh dalam waktu kurang dari dua minggu, menyebabkan krisis kemanusiaan.

(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews