Ini Sejarah 100 Tahun Kesengsaraan Etnis Rohingya

Ini Sejarah 100 Tahun Kesengsaraan Etnis Rohingya

Seorang wanita Rohingya menangis karena ditolak masuk ke wilayah Bangladesh. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID - Pengkhianatan oleh Inggris, kesewenang-wenangan para penguasa Myanmar, menjadikan Rohingya etnis tanpa negara sampai sekarang. Menyitir mahakarya Gabriel Garcia Marquez, mereka bak hidup dalam ”100 Tahun Kesengsaraan”.

Abad ke-8 sampai ke-14 Etnis Rohingya mendiami wilayah Kerajaan Arakan yang kini dikenal sebagai Rakhine, Myanmar. Mereka berinteraksi dengan para pedagang Arab, yang membawa mereka mengenal Islam. Di periode ini terjalin erat hubungan antara Arakan dan Bengal.

1784–1790 Raja Burma Bodawpaya menaklukkan Arakan. Ratusan ribu pengungsi mengalir ke Bengal. Diplomat Inggris Hiram Cox dikirim untuk membantu masalah pengungsi. Dia mendirikan Kota Cox’s Bazar di Bangladesh, tempat Rohingya banyak bermukim sampai kini.

1824–1942 Inggris menjajah Burma, kini menjadi Myanmar. Tapi, pada 1942, Jepang mendepak Inggris dari wilayah kolonial mereka itu.

1945–1948 Inggris membebaskan Burma dari Jepang, dengan bantuan pejuang Burma dan Rohingya. Burma memproklamasikan kemerdekaan pada 1948. Namun, Rohingya merasa dikhianati karena Inggris tak memberikan otonomi ke Arakan.

1948–1950 Mulai muncul ketegangan antara Rohingya dan pemerintah Burma yang baru merdeka. Rohingya ingin bergabung dengan Pakistan. Pemerintah Burma membalas dengan mengucilkan Rohingya. Muncul kelompok perlawanan Rohingya yang menamakan diri Mujahid.

1962–1977 Jenderal Ne Win mengambil alih kendali pemerintahan Burma pada 1962 dan menerapkan kebijakan keras kepada Rohingya. Lima belas tahun berselang, junta militer menjalankan Operasi Nagamin yang menarget warga asing, termasuk Rohingya. Sebanyak 200 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh.

1978–1982 Bangladesh-Burma, dengan dimediatori PBB, menyepakati repatriasi pengungsi pada 1978. Tapi, empat tahun kemudian, Burma mengesahkan UU Imigrasi yang menyatakan semua yang bermigrasi di era kolonialisme Inggris dianggap imigran ilegal. Target utamanya Rohingya.

1991–1997 Pada 1991, sebanyak 250 ribu warga Rohingya mengungsi untuk menghindar jadi korban perbudakan, pemerkosaan, dan persekusi sektarian oleh militer Myanmar, nama baru Burma sejak 1989. Berdasar kesepakatan repatriasi yang baru, 230 ribu warga Rohingya balik ke Myanmar pada 1992 hingga 1997.

2012 Kerusuhan sektarian mengakibatkan 100 orang meninggal di Rakhine, mayoritas korban Rohingya. Itu memicu gelombang kekerasan dan pengungsian Rohingya ke Bangladesh dan berbagai negara Asia Tenggara.

2016–2017  Kelompok perlawanan Rohingya, Harakah Al Yaqin, membalas dengan menyerang berbagai pos keamanan, termasuk pada akhir Agustus lalu. Tapi, itu memicu pembalasan dari aparat Myanmar berupa pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran terhadap warga sipil.

(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews