2.600 Rumah Dibakar, Turki Bersedia Tanggung Biaya Pengungsi Rohingya di Bangladesh

2.600 Rumah Dibakar, Turki Bersedia Tanggung Biaya Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Anak-anak pengungsi Rohingya. (foto: ist/net)

 BATAMNEWS.CO.ID, Ankara - Pemerintah Turki meminta pihak berwenang Bangladesh untuk membuka pintu bagi pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine, Myanmar. Turki juga sedang meminta bantuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menolong warga Rohingya.

"Buka pintu Anda," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu seperti dilansir kantor berita Anadolu. 

Cavusoglu mengatakan, Turki bersedia menanggung biaya warga Rohingya di Bangladesh.

Bangladesh sebelumnya menyatakan sudah menampung sekitar 400.000 pengungsi Rohingya dan tidak ingin menambah lagi. Negara itu kesulitan membiayai pengungsi.

"Kami telah meminta Organisasi Kerjasama Islam," ujar Cavusoglu. "Kami akan mengorganisir sebuah pertemuan puncak tahun ini (terkait masalah Rohingya). Kita harus menemukan solusi pasti untuk masalah ini," lanjut dia. 

Data dari para aktivis di Rakhine menyebutkan, ratusan orang termasuk wanita dan anak-anak Rohingya dibunuh dalam operasi militer. Pembantaian massal dilaporkan terjadi di Desa Chut Pyin, dekat Kota Rathedaung, Myanmar barat.

"Sejauh ini laporan, menurut saya cukup kredibel, menyebutkan sekitar 130 orang termasuk wanita dan anak-anak terbunuh," kata Chris Lewa, Direktur The Arakan Project, lembaga kemanusiaan yang bekerja dengan komunitas Rohingya.

"Itu terjadi pada hari Minggu ketika pasukan keamanan tiba-tiba mengepung seluruh wilayah, bersama dengan penduduk desa Rakhine, ini adalah pembantaian besar-besaran di Rathedaung," kata Lewa.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak para pemimpin negara-negara Islam untuk menangani masalah yang dialami puluhan ribu warga Muslim Rohingya yang berjuang menyelamatkan diri dari kekerasan di Rakhhine, Myanmar. 

Desakan itu disampaikan Erdogan saat berbicara di telepon dengan Presiden Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz, Presiden Pakistan Mamnoon Hussain, Presiden Iran Hassan Rouhani dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani pada Kamis (31/8/2017). 

Dia menyatakan bahwa kekerasan terhadap Muslim Rohingya sangat menyedihkan dunia Islam. Dia berjanji untuk menemukan solusi terhadap krisis Rohingya yang terus berlanjut.

Dalam sebuah pesan menjelang perayaan Idul Adha, Erdogan juga mendesak orang-orang untuk berdoa bagi semua Muslim dan semua orang yang tertindas, khususnya orang-orang Rohingya.

Yayasan Bantuan Kemanusiaan (IHH), sebuah agen bantuan Turki, telah mengirim bantuan kemanusiaan kepada warga Muslim Rohingya. Yayasan tersebut mendistribusikan paket makanan kepada sekitar 300 keluarga. Selain itu, bantuan tenda dan bahan dapur juga disalurkan untuk 200 keluarga Rohingya.

Sementara itu, para petugas penjaga perbatasan Bangladesh telah menemukan sekitar dua lusin jasad di pantai negara itu dalam dua hari terakhir. Para korban merupakan warga Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari kekerasan yang dilakukan militer negara tersebut.

Lebih dari 2.600 rumah telah dibakar di wilayah yang dihuni oleh mayoritas Muslim Rohingya di barat laut Myanmar pada pekan lalu, kata pemerintah Myanmar pada Sabtu (2/9) seperti dilansir Reuters. Ini merupakan salah satu serangan paling mematikan yang melibatkan minoritas Muslim dalam dekade terakhir.

Menurut badan pengungsi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), UNHCR, sekitar 58.600 warga Rohingya telah melarikan diri dari kekerasan yang terjadi di Myamnar ke Bangladesh.

Pejabat Myanmar telah menyalahkan kelompok Islam Arakan Rohingya Salvation Army atas pembakaran rumah-rumah tersebut. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terkoordinasi terhadap pos keamanan pekan lalu yang memicu bentrokan dan sebuah counteroffensive besar tentara.

Namun warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan bahwa sebuah kampanye pembakaran dan pembunuhan oleh tentara Myanmar ditujukan untuk memaksa mereka keluar dari wilayah negara bagian Rakhine.

Perlakuan terhadap etnis Rohingya yang berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa oleh militer Myanmar menjadi tantangan terbesar yang dihadapi pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. Para kritikus Barat mengkritik Suu Kyi karena memilih diam terkait penganiayaan terhadap kelompok minoritas di Myanmar.

(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews