Diburu Tentara, Ribuan Muslim Rohingya Lari ke Perbatasan Bangladesh

Diburu Tentara, Ribuan Muslim Rohingya Lari ke Perbatasan Bangladesh

Warga Rohingya yang melarikan diri dari kampung mereka setelah diburu aparat keamanan dan kelompok Budha di Myanmar. (foto: istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Rakhine - Ribuan orang telah meninggalkan rumah mereka setelah dua hari terjadi kekerasan dalam krisis yang mendalam di negara bagian Rakhine di Myanmar.

Minoritas Muslim Rohingya melarikan diri ke perbatasan Bangladesh, namun penjaga perbatasan Bangladesh menolak. .

Kekerasan meletus saat gerilyawan Rohingya menyerang 30 kantor polisi pada hari Jumat dan bentrokan berlanjut hingga Sabtu. Lebih dari 100 orang, sebagian besar gerilyawan, telah dilaporkan terbunuh.

Muslim Rohingya menghadapi pembatasan yang parah di negara Myanmar. Ketegangan antara Rohingya dengan mayoritas Budha Myanmar berlangsung selama bertahun-tahun.

Puluhan ribu orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, menuduh pemerintah Myanmar melakukan penganiayaan etnis. Editor regional BBC untuk Asia Pasifik, Michael Bristow mengatakan, ekstrimisme tumbuh di warga Rohingya akibat pembatasan yang dihadapi kelompok tersebut.

Polisi Bangladesh mengatakan, mereka memaksa 70 orang Rohingya kembali ke Myanmar pada hari Sabtu setelah melihat mereka mencoba masuk ke sebuah kamp pengungsi, setelah memasuki Bangladesh di daerah perbatasan Ghumdhum.

"Mereka memohon kepada kami untuk tidak mengirim mereka kembali ke Myanmar," kata seorang polisi seperti dilansir BBC, Senin, (28/8/2017).

Namun sekitar 3.000 orang Rohingya telah berhasil memasuki negara tersebut dan mencari perlindungan di kamp-kamp dan desa sejak Jumat. Seorang koresponden kantor berita di sebuah kamp darurat di Balukhali mengatakan, banyak yang membawa cerita horor dari balik perbatasan.

"Mereka melepaskan tembakan begitu dekat sehingga saya tidak dapat mendengar apapun sekarang," kata Mohammad Zafar, (70 tahun).

Orang-orang Buddha bersenjata, ujar Zafar, telah menembak mati kedua putranya di sebuah ladang. "Mereka datang dengan tongkat untuk mendorong kami ke ke perbatasan," ujar Amir Hossain, (61 tahun). 

Umat Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar -yang mayoritas penduduknya beragama Budha- dan sering menjadi korban kekerasan aparat keamanan maupun kelompok militan Budha.

Sebelum kekerasan terbaru ini, puluhan ribu warga Rohingya sudah mengungsi ke Bangladesh karena menjadi korban penganiayaan.

Rakhine -yang merupakan negara bagian termiskin di Myanmar- menjadi tempat tinggal dari lebih dari satu juta orang Rohingya yang beragama Islam.

Warga lain yang mengungsi ke sebuah kampung di dekah Ghumdhum mengatakan akan dibunuh jika kembali ke kampungnya. "Tolong selamatkan kami. Kami ingin tinggal di sini atau kami dibunuh," katanya kepada kantor berita Reuters.

Sementara itu, sekitar 4.000 penduduk Rakhine yang bukan beragama Islam sudah dievakuasi oleh tentara Myanmar agar tidak terperangkap dalam kekerasan.

Pemerintah Myanmar menegaskan operasi dilancarkan untuk memburu para militan Rohingya. PBB sedang menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat keamanan Myanmar, yang membantah melakukan pembantaian.

(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews