Terungkap Fakta yang Terjadi Saat Andika Tewas Setelah Sempat Telantar 3 Jam

Terungkap Fakta yang Terjadi Saat Andika Tewas Setelah Sempat Telantar 3 Jam

Ayah Andika, Sopiyandi, saat memeluk jasad anaknya (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kecelakaan tunggal yang menewaskan Andika Wahyudi, siswa SMA Negeri 4 Batam, hangat diperbincangan. Remaja berusia 17 tahun itu sempat telantar selama 3 jam sebelum dievakuasi ke rumah sakit.

Andika mengalami kecelakaan di Jalan Gajah Mada, Tiban, Sekupang, Batam, Selasa (15/8/2017). Banyak yang mengira Andika meregang nyawa karena telat mendapat pertolongan medis.

Pihak kepolisian juga dinilai telat mendatangi lokasi kejadian. Apa sebenarnya yang terjadi ketika itu? Begini penelusuran batamnews.co.id dari kejadian tersebut.

“Polisi baru datang pukul 06.30,” ujar seorang saksi mata yang juga warga Tiban kepada batamnews.co.id. 

Pantauan batamnews.co.id, polisi memang tiba pada pukul tersebut. Ada dua orang polisi menggunakan mobil patroli dan pengawalan dari Polresta Barelang.

Dua orang polisi menggunakan rompi kuning dan seragam polisi. Polisi sempat melihat jasad Andika, hanya saja memang tidak langsung memberikan tindakan.

Pada saat itu Andika diperkirakan memang sudah tak lagi bernapas. “Tubuhnya sudah dingin sekali,” ujar seorang saksi mata di lokasi kejadian.

Andika mengalami kecelakaan sekitar pukul 04.00 WIB. Sekuriti perumahan Taman Sari yang pertama kali mengetahui itu kemudian menelepon petugas Polsek Sekupang.

“Tapi diarahkan menelepon ke Satlantas Polresta Barelang,” ujar pria yang bekerja sebagai sopir taksi yang mendapat cerita dari sekuriti perumahan.

Setelah ditelepon berkali-kali, ternyata tidak ada respon. “Dia udah telepon berkali-kali, tapi tidak dijawab, baru polisi datang pukul 06.30 WIB,” ujar dia.

Pada saat itu tubuh Andika sudah terkapar di jalan perlintasan warga perumahan ke halte Trans Batam di seberang perumahan Taman Sari.

“Waktu pertama kali napasnya masih tersengal-sengal,” ujar dia. Hanya saja, kata dia, warga cukup khawatir menjadi saksi dari kejadian tersebut.

“Bisa-bisa nanti kita yang dituduh, selain itu dia juga tidak ada identitas, jadi warga takut,” ujar dia. Warga menduga Andika mengantuk saat mengendarai sepeda motor, selain itu juga ada yang menyebutkan dia dalam kondisi mabuk.

"Mabuk mungkin, lagian ngapain subuh-subuh gitu berada di luar," ujar seorang warga.

Andika baru dievakuasi setelah orangtuanya, Sopiyandi, datang ke lokasi. Sopiyandi mengetahui peristiwa itu dari Zaitun, kakek dari Andika. 

Kebetulan Zaitun, sekitar pukul 06.00 WIB, melintas dan ikut melihat kejadian tersebut. “Saya lihat, mata saya agak kabur-kabur, saya pastikan motornya, sepertinya memang cucu saya, saya kemudian pulang memberitahu bapaknya,” ujar kakek berusia sekitar 60 tahunan tersebut.

Sopiyandi kemudian bergegas ke lokasi. Benar saja. Di sana ia lihat sepeda motor dan membuka kertas koran penutup muka dan tubuh Andika.

“Laillaha ilallah,” teriak Sopiyandi melihat kondisi anaknya beristigfar. Ia pun langsung menggotong anaknya yang masih berada di taman tengah jalan tersebut.

Sopiyandi menciumi anaknya. Sisa darah sempat melekat di pipinya. Jasad Andika kemudian dibawa ke tepi, di depan gerbang perumahan Taman Sari. 

“Kenapa dibiarkan,” ujar dia. Sopiyandi tampak kecewa dengan kejadian tersebut. Apalagi anaknya tak seorang pun yang berinisiatif membantu.

Tak berapa lama, mobil patroli polisi tersebut mengevakuasi jasad Andika ke RSOB Sekupang.

Kenapa nonton saja?

Kapolresta Barelang, Kombes Pol Hengki mengatakan bahwa kecelakaan tunggal tersebut terjadi pada sekitar pukul 04.00 WIB dini hari dan menyayangkan tidak adanya laporan masyarakat kepada kepolisian.

"Masyarakat kenapa harus menonton saja, orang sudah kecelakaan malah bukan ditolong," kata Hengki, Rabu (16/8/2017) sore kepada wartawan di ruangannya.

Kapolres juga mengatakan, jika tidak ingin membantu, hubungi polisi, dari nomor yang telah disediakan untuk layanan.

"Kalau tidak mau keluar biaya hubungi 110 bebas pulsa, 10 atau 15 petugas akan langsung datang. Jangan tunggu sampai 2 atau 3 jam, atau tolong dulu oleh masyarakat," ujar Kombes Hengki.

Lanjut Hengki, warga jangan sampai menunggu atau malah membuat video serta takut untuk menjadi saksi. Ia menegaskan, kesadaran masyarakat juga diperlukan dan jangan selalu menyalahkan kepolisian.

"Masyarakat tidak perlu takut menjadi saksi, ini yang salah selama ini, kesadaran hukum harus ada dalam diri masyarakat," ujar Kapolres.

Kemudian, Kapolres juga menanggapi soal video yang beredar, di mana terlihat pihak kepolisian dianggap tidak mempedulikan korban yang sudah digendong oleh ayahnya.

"Yang membawa anggota saya, bukannya tidak dipedulikan, anggota lantas yang membawa ke rumah sakit," ucap Kombes Hengki.

(snw/edo)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews