Batam Mau Dijadikan Apa? (Bagian I)

Batam Mau Dijadikan Apa? (Bagian I)

Para animator muda Indonesia yang bekerja di studio milik Infinite Studios, perusahaan hiburan terpadu dan hiburan terpadu yang berbasis di Singapura. (Foto: The Straits Times/ARLINA ARSHAD)

BATAMNEWS.CO.ID – Pemerintah Indonesia ingin menyulap Pulau Batam menjadi pembangkit tenaga digital.

Konsep itu menjadi topik diskusi Presiden Jokowi dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Semarang, Indonesia, November lalu.

The Straits Times melaporkan, pertemuan dua pemimpin negara bertetangga itu membahas cara-cara potensial untuk memperluas kerja sama bilateral di sektor-sektor baru termasuk ekonomi digital.

Nah, kepada The Straits Times, Kepala BP Batam Hatanto Reksodipoetro, mengatakan dirinya sebagai orang yang diintruksikan oleh pemerintah pusat untuk memuluskan program itu.

Dalam bahasa Hatanto, pemimpin Indonesia menginstruksikannya untuk "menunjukkan bahwa kita memiliki hak untuk berada di samping Singapura".

"Dengan kata lain, kita kompatibel dengan Singapura. Bila kita berbicara tentang pelengkap, kita baik untuk Singapura dan Singapura yang baik untuk kita."

Pulau berpenghuni 1,24 juta orang merupakan bagian dari apa yang secara kolektif dikenal sebagai zona perdagangan bebas Batam, Bintan dan Karimun atau BBK FTZ di provinsi Kepulauan Riau, yang telah menjadi "mesin pertumbuhan" untuk Indonesia.

BP Batam kepada The Straits Times memaparkan angka-angka yang cukup menarik secara di atas kertas. Ia menyebutkannya nilai ekspornya tahun lalu mencapai US $ 8,41 miliar (S $ 11,62 miliar). Total impor mencapai US $ 6,13 miliar, dengan Singapura menyumbang US $ 3,89 miliar ekspor dan impor US $ 2,1 miliar.

Batam menyumbang 60 persen untuk produk domestik bruto Kepulauan Riau, dan berada di peringkat 17 lebih dari 500 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia dalam hal kontribusi pendapatan.

Bahkan ia sampai menggadang-gadangkan manufaktur elektronik dan industri berat seperti pembuatan kapal telah menjadi penggerak ekonomi tradisional utama di Batam.

Namun, Hatanto tak memaparkan, bahwa industri pembuatan kapal secara nyata sedang mati suri. Peralatan berat perusahaan ini sudah banyak yang terombang-ambing di Sekupang, Batam.

Bukan hanya industri galangan kapal saja yang terjun bebas, sejumlah perusahaan lain juga sama. Bahkan 34 perusahaan sudah tutup dalam satu semester pada 2017 ini.

Ia juga tak menjelaskan penyebab angka pertumbuhan ekonomi di Kepri –Batam adalah sandaran utama pendapatan daerah di Kepri-- hanya 2.02 persen, ini terburuk setelah masa krisis pada 2009.

Angka itu bersumber dari Bank Indonesia. “Tiga bulan pertama tahun 2017 ekonomi Kepri hanya tumbuh 2,02 persen. Ini memang cobaan berat, khususnya Batam,“ kata Gusti Raizal Eka Putra, Kepala Perwakilan BI Kepri.

“Ini nomor dua terjelek sejak 2009. Yang paling buruk adalah tahun 2009, dimana kita cuma tumbuh 0,9 persen.Tapi tetap saja ini membuat kita prihatin,” ujarnya. Pada 2009, kondisi ekonomi global memang lagi krisis.

Jadi buruknya ekonomi Kepri tahun ini, tentu akibat kondisi ekonomi di Batam yang sedang morat-marit. Siapa yang bertanggungjawab atas kondisi Batam yang saalah urus ini? BP Batam tak pernah menyatakannya, tapi yang jelas urusan bisnis di Batam selama ini dikendalikan BP Batam.*** (Bersambung ke Bagian II: Nongsa Digital)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews