Jejak China Muslim Abad-15 di Pantai Bengkong

Jejak China Muslim Abad-15 di Pantai Bengkong

KAPAL itu sandar di pelabuhan mini di belakang Golden Cafe City yang terletak di samping kiri Pantai Bengkong Laut, Batam. Pada Minggu (18/6/2017), kapal ini sedang dalam perbaikan.

Bentuk Kapal bernama Golden Cheng Ho II ini khas. Ada patung naga menganga di samping kiri dan kanan kapal. Berwarna hitam, putih, merah, dan hijau, di badan kapal penuh ornamen pahatan naga menghiasi sekujur tubuh kapal. Atap-atap kapal seperti tampuk rumah di negeri Tiongkok.

Bernuansa China abad ke-15, ini memang Replika kapal Laksamana Cheng Ho. Disebut-sebut, kapal ini mirip dengan aslinya. Ada tiga dek pada kapal ini, dek bawah dan tengah adalah ruang serbaguna yang dilengkapi dengan meja makan khas China.

Dek bawah yang lebih luas dilengkapi alat-alat musik serta meja bar. Dinding hingga langit-langit interior dek berhias ukiran naga yang serupa dengan bagian luar kapal. Sedangkan dek paling atas ada relief yang menceritakan era Dinasti Ming.

Dipercaya  bahwa Batam termasuk dalam rute perjalanan Cheng Ho selain Aceh, Belitung, Palembang, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Denpasar Bali.

Kesadaran akan kebesaran sejarah ini disadari betul oleh seorang pengusaha di Batam, Abi Tekpo. Sehingga pemilik lokasi Golden King di kawasan Bengkong Laut, Batam, ini merogoh kocek pribadinya untuk membangun replika kapal Cheng Ho.

Kini replika kapal Cheng Ho ini menjadi salah satu tujuan wisata yang unik di Batam. Bisa menyantap makanan di dalam kapal dengan suasana Tiongkok abad ke-15. Selain itu, untuk mengetahui sejarah, maka cerita Cheng Ho juga terpampang lebar di setiap sudut Golden Citi Cafe itu.

Abi tak hanya membangun kapal Cheng Ho, ia juga mendirikan replika masjid Cheng Ho yang tak jauh dari tempat kapal ini bersandar. Masjid ini terbuka untuk umum dan digunakan sebagai tempat beribadah umat Islam, kendati Abi bukan seorang muslim.

Cheng Ho memang menyimpan cerita sejarah kebesaran. Selain dikenal dengan nama Cheng Ho, ia juga disebut bernama Haji Mahmud Shams. Hidup pada 1371-1433, ia adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok yang melakukan beberapa penjelajahan pada 1405-1433.

Laman wikipedia.org, mengisahkan Cheng Ho ditangkap oleh pasukan Dinasti Ming saat menaklukkan Yunnan. Cheng Ho adalah seorang bersuku Hui, seuku yang mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.

Setelah ditangkap, Cheng Ho dijadikan seorang kasim. Hingga menjadi kepercayaan kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok yang berkuasa pada 1403-1424, kaisar ketiga dari Dinasti Ming.

Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.

Setelah menjadi kepercayaan kaisar, Cheng Ho melakukan tujuh ekspedisi ke tempat yang disebut oleh orang Tionghoa Samudera Barat  (Samudera Indonesia). Ia membawa banyak hadiah dan lebih dari 30 utusan kerajaan ke Tiongkok.

Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.

Cheng Ho disebut sebagai penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Armadanya terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan.

Sehingga majalah Life menempatkan laksamana Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir.

Selain itu, Cheng Ho juga dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana, dia dan para anak buahnya tidak pernah menjajah Negara dan wiayah dimana pun tempat ia dan anak buahnya berlabuh.

Itulah sebabnya, di setiap tempat di Indonesia, kedatangan Cheng Ho dinilai sebagai sebagai kunjungan yang meninggalkan kesan baik. Sehingga peninggalan Cheng Ho pun terawatt dengan baik.

Di Aceh, misalnya, ia meninggalkan Lonceng Cakra Donya yang kini tersimoang di museum  Banda Aceh. Peninggalan Cheng Ho di Cirebon berupa sebuah piring bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Bahkann, anak buah Cheng Ho bernama Wang Jinghong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) yang akhirnya menetap di pantai Simongan, Semarang, meninggalkan jejak Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.

Dari Batam yang pernah dilintasi Cheng Ho, ada Abi Tekpo yang mempersembahkan replika Kapal Cheng Ho dan Masjid Cheng Ho. Bahkan, kapal itu sampai diresmikan Menteri Kemaritiman Indroyono Soesilo dan Menteri PAriwisata Arief Yahya pada Sabtu 21 Februari 2015.***

Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews