Indonesia Mengajak Singapura Ikut Patroli Gabungan di Laut Sulu

Indonesia Mengajak Singapura Ikut Patroli Gabungan di Laut Sulu

Singapura sebelumnya menyambut baik upaya Indonesia, Malaysia dan Filipina menangani terorisme maritim dan insiden penculikan di perairan mereka. (FOTO: ST FILE)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - "Indonesia mengajak Singapura patroli laut bersama untuk memerangi kejahatan maritim dan terorisme di Laut Sulu," kata Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu pada hari Sabtu (3/62017).

Sebelumnya pada Mei tahun lalu, Indonesia, Malaysia dan Filipina telah melakukan patroli laut terkoordinasi dan membuat hotline untuk memerangi pembajakan dan penculikan di perairan yang berbatasan dengan tiga negara. Kesepakan ini

"Kami mengajak Singapura bergabung dengan platform ini," kata Ryamizard kepada The Straits Times dalam sebuah wawancara di sebuah konferensi keamanan tahunan di Shangri-La Hotel.

Puluhan wisatawan, pedagang, nelayan dan pelaut telah diculik oleh kelompok Abu Sayyaf yang terkenal di perairan sekitar kepulauan Sulu Filipina, yang meliputi Laut Sulu dan batas utara Laut Sulawesi.

Patroli maritim gabungan trilateral, yang dijadwalkan segera dimulai, ditujukan untuk memastikan keamanan di perairan ini.

Ryamizard mengatakan bahwa Indonesia menjajaki keterlibatan Singapura. Ia yakin, besar kemungkinan Singapura bersedia turut serta.

Singapura sebelumnya menyambut baik upaya Indonesia, Malaysia dan Filipina  menangani terorisme maritim dan insiden penculikan di perairan mereka.

Bahkan, Singapura menawarkan bantuan Pusat Informasi Fusion di Pangkalan Angkatan Laut Changi, yang menyediakan data maritim.

Ryamizard, yang akan berbicara dalam sidang pleno di Dialog Shangri-La pada hari Minggu, juga meminta negara-negara lain seperti Thailand untuk bergabung dalam usaha tersebut.

"Jadi, ini bukan hanya keterlibatan trilateral, tapi pengaturan empat atau lima lateral," katanya.

Beralih ke ancaman terorisme, Ryamizard mencatat bahwa Indonesia, dengan populasi mayoritas Muslim, rakyatnya rentan dirusak oleh kelompok teror seperti Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Negara ini telah dilanda serangkaian serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pemboman bunuh diri di terminal bus Kampung Melayu di Jakarta Timur pada 24 Mei yang menewaskan tiga polisi dan melukai 10 lainnya.

Dua hari setelah serangan itu, ISIS mengaku bertanggung jawab. Salah satu pembom memiliki hubungan dengan militan di Poso.

"Sementara ini ada sekitar 700 orang berada dalam kelompok radikal di Indonesia. Indonesia harus mengantisipasi dan melakukan tindakan pencegahan untuk melawan ideologi radikal," kata Ryamizard.

"Caranya melawan ideologi radikal itu adalah dengan ajaran Islam yang benar, yang lebih moderat." ***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews