Pesan Cinta dari Chipsley di Kota Salju

Pesan Cinta dari Chipsley di Kota Salju

Suasana salju di dalam gedung Snow City, Singapura. (Foto-foto: Nurlis E Meuko/batamnews.co.id)

BEGITU menyibak tirai, langsung berasa suasana kawasan berselubung salju. Pemandangan serba putih, penuh butiran es halus laksana hamparan kapas yang putih bersih.

Dinginnya udara sampai menghujam ke tulang. Maka perlu jaket tebal, sarung tangan, sepatu khusus salju, sampai penutup kepala, agar tak gemetaran didera kebekuan. Uap yang keluar dari lubang pernafasan menjadi ciri khas kawasan yang beku.

Kendati tubuh sudah berbalut perlengkapan musim salju, namun pipi yang tak tertutup berasa seperti mengeras dan kesemutan. Namun, jangan khawatir sebab di situ letaknya sensasi kawasan bersalju itu.

Begitulah dinginnya salju di dalam ruangan setengah lapangan bola, Snow City, yang berada persis di sebelah Singapore Science Centre. Tepatnya di 21 Jurong Town Hall Road, Singapore.

Tempat ini hanya berjarak sekitar 20 menit dari Harbour Front di Singapura. Mengunakan mass rapid transit (MRT) ke Jurong East station (EW24/NS1) lalu berjalan menuju Jurong Town Hall Road. Sow City sangat jelas terlihat di atas lahan seluas  4 hektare. 

Sebelum masuk ke ruangan salju, manajemen Snow City sudah mempersiapkan berbagai perlengkapan utama untuk kebutuhan di ruangan yang suhunya minus lima derajat itu. Bahkan beberapa fotografer siap siaga untuk kebutuhan memotret di dalam ruangan.

Di sebelah kiri pintu masuk ruangan bersalju itu, ada sepasang  binatang berwarna putih lucu tersenyum lebar menyambut siapapun yang datang. Tentu binatang ini hanya berupa patung salju.

Satunya, tampaknya yang jantan, berkacamata, dan berdasi kupu-kupu warna merah, ada tulisan "Chipsley" di depannya.

Sedang pasangannya yang berada di sisi kanan seperti mengawasi dua anak mereka yang kecil-kecil. Empat binatang lucu ini seperti singa laut dan anjing laut berwarna putih.

"Mereka adalah Chipsley family, yang kini menjadi ikon baru Snow City," kata Norazani Shaidin, General Manager Snow City Singapore.

Menjadikan Singa Laut Chipsley sebagai ikon Snow City tentulah memiliki koneksitas yang pas dengan nuansa salju.

Soalnya di kutup selatan saja yang dinginnya bisa mencapai minus 50 derajat celcius itu hidup spesies Otariidae (singa laut) yang berdampingan dengan caniformia lain yaitu obobenidae (beruang laut/walrus). zalophus californianus (anjing laut), dan phocidae.

***

MASUK lebih ke dalam melewati kumpulan Chipsley family, di sebelah kanan ada anak tangga yang bersisian dengan arena seluncuran salju.

Sejumlah remaja tampak sedang asyik bermain seluncur salju dengan ban, main lempar-lemparan bola salju. Di sini juga bisa bermain ski dan snowboarding, lengkap dengan instruktur yang berpengalaman.

Menapaki tangga ini, di lantai duanya, yang juga di hamparan salju, di sisi kiri terlihat berbaris aneka boneka binatang salju lainnya. Tampaknya, ini adalah barisan ikon Snow City pendahulu Chipsley.

Di antaranya adalah sosok Oki. Ikon ini diambil dari penggambaran bangsa Inuit yang cinta perdamaian digambarkan sebagai sosok yang suka memancing dan berburu. Inuit ialah penduduk asli Amerika yang tinggal di tempat-tempat yang dingin di Kanada utara dan Alaska. Terkadang mereka disebut Eskimo.

Ikon berikutnya masih dari kalangan Inuit, yaitu Ila. Sosok Ila ini menggambarkan huskies, anjing kereta luncur dari komunitas Inuit. Dia membantu dalam transportasi persediaan dan sangat cepat. Huskies adalah juga anjing penjaga oleh masyarakat adat.

Kemudian ada ikon Nooka yang adalah gambaran dari beruang kutup. Nooka disebutkan soso yang kuat, teguh, dan memperhatikan semuanya secara detail. 

Masih bertemakan kutup, maka ada ikon Koko,  yaitu rubah yang hidup di Arktik  membeku. Dia bisa bertahan pada suhu serendah -50 ° C dan bila tidak ada mangsa baginya untuk berburu, dia mengikuti beruang kutub.

Lalu ada Suki si burung hantu ajaib yang hidup di salju. Suki, burung hantu magis tidak seperti burung hantu normal nokturnal yang aktif 24 jam sehari. Dia memiliki visi yang hebat. Dia bisa terbang tinggi di langit dan melihat dengan mata ajaibnya.

Semua ikon Snow City ini memang mengajarkan setiap keluarga untuk mencintai lingkungan. Terutama menyangkut ancaman pemanasan global, yaitu kenaikan suhu permukaan bumi  disebabkan peningkatan gas rumah kaca. Atmosfer dijejali dengan karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida.

Konsep belajar sambil bermain pada Snow City ini juga tak lain disebabkan lembaga yang ada di belakangnya, yaitu Kementerian Pendidikan Singapura. Snow City adalah BUMN yang berada di bawah Menteri Pendidikan Singapura.

Sedangkan pemilihan konsep menghadirkan salju di tengah kota Singapura ini juga berdasarkan survei. "Warga Singapura banyak memilih Snow City. Jadi sebelum kita dirikan, terlebih dahulu kita mengadakan jajak pendapat, hasilnya jadilah Snow City ini," kata Norazani Shaidin.

Didirikan sejak tahun 2000, Snow City tercatat sudah mendatangkan wisatawan sebanyak 2 juta orang. "Terbanyak dari Indonesia, sekitar 65 persennya. Selebihnya penduduk lokal dan dari mancanegara," kata Norazani Shaidin.

Sebab konsepnya menyatu dengan pendidikan, maka Snow City juga menyediakan program pendidikan interaktif bagi sekolah dan anggota masyarakat. Para siswa belajar mengenai ilmu pengetahuan dalam suhu rendah dan melaksanakan berbagai eksperimen.

***

IDE ikon Chipsley juga bukanlah untuk gagah-gagahan. "Dengan Chipsley, kita mendidik anak-anak untuk mencintai bumi. Mendidik anak-anak bagaimana mencintai lingkungan. Chipsley mewakili bumi, jangan sampai es di kutup utara dan selatan mencair. Di sini kita memberi pemahaman tentang Climate Change dan Global Warming," kata Norazani Shaidin.

Sebab sasarannya keluarga dan anak-anak sekolah, maka ikon Chipsley ini pun dirancang dengan bentuk yang sangat akrab dengan dunia bocah. Sehingga pesan mencintai lingkungan mudah tersampaikan. Begitu anak-anak jatuh hati pada Chipsley maka otomatis akan cinta lingkungan hidup.

Konsep itulah yang menjadi renungan Benny Tay si pencipta Chipsley yang adalah warga Singapura. Ia merancang Chipsley bersama mitranya Weijin Ho sejak 2013, kini sudah menjadi ikon Snow City. Tentu saja itu sangat membahagiakannya. "Saya Ingin membuat sesuatu yang bisa disebut milik Singapura asli," katanya.

Menurut Benny Tay, keluarga chipsley mewakili sebuah keluarga yang penuh cinta, menetap di berbagai tempat di seluruh dunia sambil melakukan upaya penyadaran untuk melestarikan lingkungan.

Benny Tay menambahkan, singa laut berjiwa muda ini telah mampu memikat hati banyak anak muda, terutama anak-anak di Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Hongkong. 

"Kami berharap lebih banyak orang di Singapura dapat menyatu dengan Chipsleys dan menikmati saat-saat menyenangkan bersama orang-orang terkasih mereka di Snow City," katanya.*** (nemo)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews