Bom Bunuh Diri di Arena Manchester Inggris

Bomber Dumbo yang Bertelinga Besar dan Liar

Bomber Dumbo yang Bertelinga Besar dan Liar

Salman Abedi dalam sebuah pesta bersama teman-temannya. (Foto: thesun.co.uk)

DI MATA teman-temannya, Salman Abedi, adalah seorang pemuda liar yang akrab dengan minuman keras dan obat bius. Selain itu, penggemar Manchester United ini juga disebutkan sebagai sosok yang ceria, ia dijuluki Dumbo karena telinganya yang besar.

"Kami biasa berpesta bersama. Ceria. Suka melucu. Dia senang berada di dekat teman-temannya dan sama sekali bukan Muslim yang taat. Dia bahkan biasa minum alkohol dan suka merokok gulma, dia tidak pernah menyebut agama," kata seorang temannya.

Dia lulus GCSE sebelum melanjutkan studi administrasi bisnis di Trafford College dan di University of Salford. Seorang teman sekolah berkata: "Seperti anak laki-laki seusianya. Dia adalah anak laki-laki tampan."

"Tapi anak perempuan atau pacar tak bisa datang ke rumahnya. Itu bukan karena orang tuanya ketat, itu hanya budaya mereka. Orang tuanya akan sangat tidak senang jika tahu Salman berkeliaran dengan anak perempuan."

***

SATU fotonya yang menggambarkannya sebagai sosok liar muncul ke publik. Pada foto itu, pemuda 22 tahun ini terlihat tersenyum lebar di sebuah bar dengan tiga teman mahasiswa  di sebuah pantai di Libya, bahkan ada seorang wanita yang dirangkulnya.

Diperkirakan foto itu muncul sebelum ia telah mengalami radikalisasi. Sebab dua tahun terakhir setelah rajin melakukan perjalanan ke Libya, ia telah berubah total.

Bahkan, dikabarkan, orang tuanya sampai menyita paspornya di tengah kekhawatiran bahwa dia sedang mengalami radikalisasi. Ibunya Samia Tabbal, 50, dan ayah Ramadan, 51, seorang petugas keamanan, lahir di ibukota Libya.

Salman Abedi yang lahir di Manchester diyakini secara teratur melihat keluarganya, yang kembali ke Tripoli menyusul jatuhnya Kolonel Muammar Gaddafi pada 2011.  "Dia menjadi pendiam  setelah melakukan perjalanan beberapa tahun yang lalu. Selama 18 bulan terakhir dia menarik diri dari pergaulannya. Dia berhenti berpesta dan dia menjadi orang yang introvert."

Teman sekolah mengatakan Abedi mulai menjauhkan diri dari teman lama saat dia mulai kuliah, bercampur dengan pria tua dari komunitas Libya Manchester. "Dia menutup diri dan tidak lagi berkeliaran,  dia selalu sendirian."

Bahkan, teman-temannya berkata, bahwa Salman Abedi mulai mengabaikan teman lama dan tidak mau menatap mata mereka. "Dia melihat ke tanah saat berjalan melewati orang-orang. Ia menjadi lebih rajin, lebih religius. Perilakunya tidak bisa dikenali. Aku sangat bingung, sangat aneh."

Seorang temannya bercerita, bahwa ia terakhir kali melihatnya beberapa hari yang lalu." Aku tahu dia berbeda, tapi tidak tahu monster yang dia tuju. "

***

SETIDAKNYA  ada lima kesempatan untuk menghentikan langkah Salman Abedi untuk  melakukan bom bunuh diri. Namun, kesempatan itu terbuang percuma, sehingga meledaklah aksinya pada saat konser Ariana Grande di  Manchester Arena, Inggris, pada Minggu 22 Mei 2017, menewaskan 22 orang dan melukai 59 lainnya.

Bahkan tahuin ini, seorang kerabatnya bercerita pada MI5  bahwa Salman sudah menjelma menjadi sosok yang "berbahaya", dan seorang tetangga melaporkan aktivitas mencurigakan di rumahnya lima tahun yang lalu.

Dua dari teman-teman khawatir pada Abedi yang pernah mengatakan, "menjadi seorang pembom bunuh diri adalah baik-baik saja". Selain itu, ada dua pemimpin masyarakat melaporkan Salman atas pandangan ekstremisnya.

Dua tahun lalu, Mohammed Shafiq, Pemimpin  Yayasan Ramadhan, menyampaikan kepada pihak berwenang tentang perilaku Salman Abedi. Ia melaporkan Salman Abedi setelah dia dilarang masuk masjid karena mengeluarkan khotbah anti-ISIS.

Begitu juga Mohammaed Saeed adalah seorang tokoh senior Masjid Didsbury dan Islamic Center, menceritakan  Salman Abedi telah memandangnya "dengan kebencian" setelah dia memberikan khotbah yang mengkritik ISIS dan Ansar al-Syariah di Libya.

Saeed mengatakan bahwa dia menyampaikan khotbah melawan terorisme dan tentang kesucian hidup pada 2015. Sebanyak 2000 anggota masjid mengikuti kotbahnya. Ada sejumlah kecil menentangnya dan menandatangani petisi mengkritik kotbahnya.

"Salman menunjukkan wajah kebencian setelah khotbah itu," katanya. "Dia menunjukkan kebencian padaku."Abedi menghadiri Burnage Academy for Boys dan kemudian sekolah Stretford Grammar, dekat lapangan Manchester United di Old Trafford.

Tahun lalu, Salman Abedi dikatakan pernah murka dengan kematian temannya Abdul Wahab Hafidah, 18 tahun. Remaja itu dilindas dan ditikam di Moss Side dalam pembunuhan geng.***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews