Masjid Chulia & Kuil Shri Marriaman dalam Harmoni Chinatown Singapura

Masjid Chulia & Kuil Shri Marriaman dalam Harmoni Chinatown Singapura

Suasana Chinatown, Singaputa. (Foto: nusatrip.com)

HANYA berjarak 300 meter dari Stasiun, Chinatown, Singapura. Berjalan lurus menyusuri gerai pedagang hingga ke mulut Jalan South Bridge Road. Belok kiri, maka tampaklah dua kubah masjid menjulang yang berdekatan dengan bangunan kuil hindu. Dua simbol keyakinan yang berbeda itu berdiri di tengah-tengah nuansa Tionghoa.

Itulah Masjid Jamae Chulia dan Kuil Shri Marriaman yang berada di pusat bisnis etnis Cina Singapura. Dua bangunan yang menggambarkan dua keyakinan yang berbeda itu laksana sebuah simbol toleransi antara Islam dan Hindu yang terawat baik hingga kini. Bahkan dua bangunan itu berdiri di era yang sama yaitu pada abad 19.

Berdiri sejak 1826, bangunan masjid yang masih asli ini didirikan oleh kaum Chulia, Muslim Tamil dari Coromandel Coast di India Selatan. Hingga kini, belum ada perubahan selain pengecatan dan perbaikan kecil-kecilan.

Bangunannya sama persis dengan arsitektur Tamil Nadu di India, juga mengadopsi elemen-elemen dari Barat dan Timur.

Berwarna hijau teduh dengan minaret yang menjulang tinggi, pintu gerbangnya dipengaruhi langgam Indo-Islam India Selatan. Sementara ruang salatnya mengusung aksen neoklasik, yang terlihat dari tiang dorian dan jendela besar yang berubin hijau mengkilap ala Tiongok. Fasad mewah berdesain rumit ini dilengkapi pintu kecil.

Sedangkan Kuil Shri Marriaman didirikan pada 1827. Dikenal sebagai Mariamman Kovil atau Kling Street Temple ini dibanguna para imigran dari wilayah Nagapatnam dan Cuddalore yang juga berasal dari India Selatan.

Di kuil, terdapat ornamen detail yang sangat rumit. Gopuram (pintu masuk menara agung) yang megah adalah landmark bagi generasi umat Hindu dan masyarakat Singapura. Enam tingkatannya dihuni oleh patung dewa, binatang mitologis dan mahluk lainnya.

Jika  perantau muslim Tamil memandang Masjid Chulia menjadi simbol penyatuan umat di negeri orang. Pada keyakinan yang berbeda, umat Hindu mendedikasikan Kuil Shri Marriaman mendedikasikannya untuk Dewi Mariamman yang dikenal atas kekuatannya untuk menghilangkan penyakit.

Di satu sisi masjid tertua di Singapura itu menjadi titik penting shalat tarawih di setiap bulan ramadhan untuk penduduk sekitar Chinatown, dan menjadi pusat berkumpulnya umat muslim untuk sahalat idul fitri dan idul adha. Di masjid ini pula ada kelas agama dalam bahasa Tamil hingga hari ini.

Di sisi lain, pada bulan Oktober atau November, di kuil yang juga tertua di Singapura itu selalu mengadakan Theemithi  (upacara berjalan di atas api), yang merupakan festival utama dirayakan setiap tahun.

Chinatown laksana sebuah harmoni yang mencerminkan indahnya keberagaman, walau berbeda tetapi hidup nyaman berdampingan dan saling menghormati. Jangankan saling merusak, di kawasan ini tak pernah ada kata saling menghujat.

Di dalam dua gedung yang berbeda nuansa itu, berjalan dua keyakinan dengan ritme yang berlainan pula. Dua perbedaan gendang keimanan berdiri di tengah-tengah keindahan Kong Hu Cu, yang bermakna agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur.

Di Chinatown Singapura, penghuninya sangat memahami kehidupan bersama dalam keberagaman. Mencerminkan sebuah pemahaman yang utuh tentang satu kata "agama" yang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tradisi. 

Mereka mampu manjalankan tata keimanan dan peribadatan serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. ***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews