Siapa Salman Abedi, Pembunuh Massal pada Konser Ariana Grande?

Siapa Salman Abedi, Pembunuh Massal pada Konser Ariana Grande?

Foto pertama pembom bunuh diri Manchester, Salman Abedi, yang diambil beberapa tahun yang lalu di sebuah masjid. (Foto: handout via theguardian.com)

BERPERAWAKAN ramping, ada kumis tipis di wajah khas Arabnya. Bernama lengkap Salman Ramadan Abedi, pemudia berusia 22 tahun inilah yang disebut sebagai sosok pembom bunuh diri di  Manchester Arena, Inggris, pada Minggu 22 Mei 2017.

Ia beraksi di ujung konser penyanyi idola anak-anak muda dunia, Ariana Grande, yang berlangsung di arena indoor terbesar di Eropa. Tindakan warga Mancunian keturunan Libya itu telah menyebabkan 22 orang tewas dan melukai 59 lainnya.

Polisi Inggris mengkonfirmasi identitas pria 22 tahun tersebut setelah pejabat di Amerika Serikat menyampaikannya kepada wartawan.

Identitas Abedi sebenarnya sudah diketahui aparat keamanan namun tak dianggap bagian dari investigasi aktif atau dianggap berisiko tinggi. Dia dipandang sebagai sosok perifer dengan cara yang sama seperti penyerang Westminister, Khalid Masood.

Polisi dan petugas keamanan sedang menelusuri apakah dia bekerja sendiri atau bagian dari jaringan yang lebih luas yang membantunya. Meski ISIS telah mengaku bertanggung jawab, polisi belum menemukan bukti keterkaitannya.

Tampaknya tidak ada yang menduga bahwa Abedi yang lahir di Inggris - seorang pemuda yang taat, dan selalu menghormati para tetua - akan menjadi pembunuh massal.

"Salman? Saya tercengang dengan ini," salah satu anggota komunitas Libya di Manchester mengatakan kepada Guardian. "Dia adalah anak yang pendiam, sangat menghormati saya. Dia seperti orang yang tidak mungkin melakukan ini. "

Salman dan abangnya, Ismail, selalu beribadah di masjid Didsbury. Ayah mereka, Abu Ismail, adalah sosok yang terkenal di tengah masyarakat. "Dia biasa melakukan adzan. Dia memiliki suara yang benar-benar indah. Dan anak buahnya belajar Al Qur'an dengan hati."

"Abu Ismail akan sangat putus asa. Dia selalu sangat konfrontatif dengan ideologi jihad, dan ISIS bukan jihad, itu kriminalitas. Keluarganya akan hancur."

Abu Ismail Abedi, yang bekerja di Manchester, diperkirakan berada di Tripoli. Istrinya, Samia, masih di Manchester. Pasangan ini memiliki anak laki-laki lain, Hashem, dan seorang anak perempuan, Jomana.

Seorang yang dekat dengan keluarga Abedi tidak percaya jika Salman mendapat radikalisasi di Tripoli. "Mereka akan diusir. Pasti terjadi di sini. Tapi apa yang dia lakukan, membunuh semua orang itu? Pasti ada seseorang yang memengaruhinya. Ini mengerikan.".

****

MOHAMMED Saeed adalah seorang tokoh senior Masjid Didsbury dan Islamic Center. Ia mengatakan  Salman Abedi telah memandangnya "dengan kebencian" setelah dia memberikan khotbah yang mengkritik ISIS dan Ansar al-Syariah di Libya.

Saeed mengatakan bahwa dia menyampaikan khotbah melawan terorisme dan tentang kesucian hidup pada 2015. Sebanyak 2000 anggota masjid mengikuti kotbahnya. Ada sejumlah kecil menentangnya dan menandatangani petisi mengkritik kotbahnya.

"Salman menunjukkan wajah kebencian setelah khotbah itu," katanya. "Dia menunjukkan kebencian padaku."

Saeed, yang lahir di Libya dan datang ke Inggris pada 1980, mengatakan khawatir akan diberi label sebagai "snitch". Tapi dia berkata: "Saya harus berbicara untuk melindungi masyarakat kita, untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah."

Masjid Didsbury, katanya, merupakan tempat moderat yang menyambut umat Islam dari Arabia, Afrika, Asia dan Eropa. Ia mengadakan acara terbuka seminggu sekali untuk non-Muslim yang ingin belajar lebih banyak tentang  masjid tersebut.

Namun, ada masalah lain di komunitas Libya di Manchester.

Abdalraouf Abdallah, 24 tahun, dipenjara selama 9,5  tahun setelah dihukum karena mendanai terorisme dan mempersiapkan tindakan terorisme. Abdallah lumpuh dari pinggang ke bawah setelah ditembak selama revolusi Libya.

Disebutkan, Abedi dan Abdallah saling mengenal: "Semua pemuda Libya di Manchester mengenal satu sama lain". Hubungan itulah yang kemudian mendapat sorotan baru oleh polisi dan MI5.

ISIS juga sudah mengklaim bahwa bom bunuh diri Abedi sebagai bagian dari program teror mereka.

***

HELIKOPTER polisi melayang di atas Jalan Eslmore, sebuah jalan di daerah Fallowfield di selatan Manchester. Sebuah mobil pemadam kebakaran parkir di dekat sebuah rumah  berlantai empat. Sejumlah polisi naik ke lantai atas dan mendobrak pintunya. Rumah itu tempat tinggal Abedi.

Petugas juga menggeledah rumah Ismail di daerah Chorlton, selatan Manchester. Di kawasan ini polisi menangkap seorang pemuda berusia 23 tahun. Muncul spekulasi bahwa Ismail Abedi telah ditahan.

Tina Ward, 32 tahun, yang tinggal di jalan yang sama dengan rumah yang digerebek tersebut, mengatakanmelihat sekitar 30 polisi bersenjata memasuki taman depan rumah tersebut. Dia bilang itu rumah bagi keluarga besar Asia dengan anak laki-laki.

"Sepertinya mereka diam saja," katanya. "Saya sudah berada di rumah saya 10 tahun dan mereka berada di sana lebih lama dari saya."

Farzana Kosur mengatakan bahwa dia dan anak-anaknya tinggal di Thelwall Ave, sekitar sudut rumah yang digerebek di Elesmore Rd, selama empat tahun. Dia mengenal keluarga di rumah itu.

Ia menggambarkan di rumah itu ada  anak laki-laki berusia 20-an, dan anak laki-laki dan perempuan yang lebih muda. Ibu mereka adalah "wanita yang sangat baik" dan mengajari anak perempuan teman Kosur untuk membaca Alquran.

"Mengerikan," katanya. "Saya benci pemboman dan semua orang takut. Ini daerah yang bagus. Kami tidak punya masalah."

Di Jalan Elsmore ada juga indikasi bahwa Abedi tidak selalu diam dan hormat. Seorang tetangga mengatakan pernah menegurnya ketika ia parkir sembarangan yang mengganggu pegemudi lain.  "Yang saya dapatkan adalah ini," katanya sambil mengangkat jari tengahnya.

Selain itu, ada juga yang mendengar bahwa dalam beberapa pekan ini Abdei mengucapkan ayat-ayat Islam dengan keras di jalan.

Seorang teman sekolah Abedi bercerita, Abedi dia adalah penggemar Manchester United. "Dia memiliki sedikit masalah sikap. Saya tidak bisa mengatakan bahwa saya sangat menyukainya." ***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews