Teroris WannaCry; Korea Utara Tertuduh, Amerika Tangguk Untung

Teroris WannaCry; Korea Utara Tertuduh, Amerika Tangguk Untung

Korea Utara dituding berada di balik serangan cyber ransomware WannyCry. Tetapi Presiden Rusia mencatat kaitan teknologi itu dengan dinas mata-mata Amerika Serikat. Pembeli saham perusahaan layanan keamanan cyber Amerika Serikat meningkat tajam. Amerika membantah?

----------------------------------

PENELITI  keamanan cyber menyatakan menemukan bukti teknis tentang hububngan hacker Korea Utara dengan serangan cyber "ransomware" WannaCry yang menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di 150 negara sejak Jumat pekan lalu.

Lab Symantec dan Kaspersky, kemarin, mengatakan beberapa kode versi sebelumnya dari perangkat lunak WannaCry juga muncul dalam program yang digunakan Grup Lazarus, yang disebut sebagai operasi hacking Korea Utara.

"Ini adalah petunjuk terbaik yang telah kita ketahui sampai pada asal-usul WannaCry," kata periset Lab Kaspersky Kurt Baumgartner kepada Reuters.

Hanya saja, mereka mengakui bahwa terlalu dini untuk menuduh Korea Utara terlibat dalam serangan teroris cyber itu. Pendapat yang sama juga disampaikan pejabat keamanan AS dan Eropa yang tak mau disebut identitasnya.

FireEye Inc, perusahaan keamanan cyber besar lainnya, mengatakan pihaknya juga menyelidiki kemungkinan adanya hubungan.

Disebutkan, peretas Lazarus lebih berani dalam mengejar keuntungan finansial daripada yang lain, dan telah disalahkan atas pencurian dana sebesar US $ 81 juta (S $ 113,2 juta) dari bank sentral Bangladesh. .

Belum ada tanggapan apapun dari pihak Korea Utara mengenai tuduhan ini.

Terlepas dari sumber serangan tersebut, investor ramai-ramai membeli saham keamanan cyber sejak kemarin. Mereka yakin, pemerintah dan perusahaan akan meningkatkan anggaran untuk baiaya pertahanan cyber mereka.

Saham perusahaan yang menyediakan layanan keamanan cyber meningkat tajam, terutama  Israel's Cyren Ltd dan FireEye yang berbasis di AS.

Cisco Systems ditutup naik 2,3 persen dan merupakan investor terbesar kedua di Dow Jones Industrial Average, karena investor lebih fokus pada peluang bahwa serangan tersebut diajukan untuk perusahaan teknologi daripada risiko yang ditimbulkannya terhadap perusahaan.

Morgan Stanley, dalam meningkatkan stok, mengatakan Cisco harus mendapatkan keuntungan dari belanja jaringan yang didorong oleh kebutuhan keamanan.

Jadi tak heran jika kemaudian Presiden Rusia Vladimir Putin, mencatat kaitan teknologi tersebut dengan dinas mata-mata AS. "Karena itu harus segera didiskusikan pada tingkat politik yang serius."

Putin melanjutkan, "Begitu mereka melepaskan lampu, jenis kelamin semacam ini, terutama yang diciptakan oleh dinas intelijen, kemudian dapat merusak penulis dan pembuatnya."

Pernyataan Putin ini juga berdasarkan posting blog  Presiden Microsoft Corp Brad Smith, pada Minggu, yang menyimpulkan serangan tersebut menggunakan alat hacking yang dibangun oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang telah bocor secara online pada bulan April.

Postingan ini kontan menyulut perdebatan mengenai bagaimana dinas intelijen pemerintah harus menyeimbangkan keinginan mereka untuk menyimpan kelemahan perangkat lunak - untuk melakukan spionase dan perang cyber - untuk tidak berbagi kekurangan dengan perusahaan teknologi agar bisa mengamankan Internet dengan lebih baik.

Amerika tentu berupaya menjauhkan NSA dari kesalahan apapun. Bahkan penasehat keamanan AS berani menyebutkan alat hacking itu  bukan alat yang dikembangkan oleh NSA.

"Itu adalah alat yang dikembangkan oleh pihak-pihak yang bersalah, yang berpotensi menjadi penjahat atau negara-negara asing, yang digabungkan sedemikian rupa untuk mengirimkan email phishing, memasukkannya ke dalam dokumen yang disematkan, dan menyebabkan infeksi, enkripsi dan penguncian, "kata Bossert. ***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews