Cerita Pedagang Asongan di Batam

Bertahan Hidup dari Kedipan Lampu Merah Simpang Jam

Bertahan Hidup dari Kedipan Lampu Merah Simpang Jam

Fikri memperlihatkan mainan anak-anak yang ia jual di Simpang Jam Batam (Foto: Edo/Batamnews)

Ekonomi di Batam kian terpuruk. Kondisi ini berpengaruh ke sektor terendah. Setiap orang mau melakukan apa saja untuk mengais rezeki. Termasuk berjualan mainan anak-anak di persimpangan lampu merah di Batam. Salah satunya di Simpang Jam. Sayangnya, Simpang Jam, beberapa hari ini mulai tutup hingga sebulan kedepan. Bagaimana nasib para pedagang asongan di sana?

===

Dua orang pria terlihat berlari-lari menembus rintik hujan yang tengah mengguyur Simpang Jam, Baloi, Lubuk Baja, Batam, Rabu pagi. Di punggungnya tersangkut tas yang berisi triplek.

Kedua laki-laki itu buru-buru berteduh di Pos Polisi Simpang Jam. Satu per satu isi tasnya dikeluarkan, beberapa lainnya dibungkus, takut basah. 

Termasuk sebuah triplek berukuran sedang. Tak lama kemudian dua benda berupa kuda-kudaan mainan ia letakkan di atas triplek.

Kedua pria bernama Fikri dan Alan ini memilih membanting tulang dengan berjualan mainan anak-anak. Ia biasa mangkal di Simpang Lampu merah.

Sambil menunggu redanya hujan, mereka menghibur diri dengan bermain gadged dan mendengar musik, sebelah telinga tertutup oleh headset dan kepala bergoyang-goyang kecil.

Di saat itulah, proses penutupan Simpang Jam akan berlangsung. Pengerjaan fly over membuat Simpang Jam ditutup sementara. 

Dan mereka memanfaatkan waktu untuk berjualan sewaktu jalan masih normal dan belum dialihkan. Hasilnya, cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Polisi menutup jalur Simpang Jam (Foto: Edo/Batamnews)

 

"Kalau sudah tutup, mau tidak mau ya tidak jualan di sini," ujar Fikri pria 25 tahun tersebut.

Tentu saja, nasib mereka tergantung kepada kedipan setiap lampu merah. Di saat itulah mereka beraksi, menjajakan dagangan, berharap uang kecil yang halal.

Sambil menunggu hujan reda, terjadi perbincangan kecil bersama dua orang tersebut. Mereka berasal dari Medan dan sudah cukup lama berjualan mainan kuda-kudaan tersebut.

“Lumayan lah Bang, sudah empat bulan juga di Batam," ucapnya kepada batamnews.co.id.

Fikri melanjutkan ceritanya. Sebelum merantau ke Batam, ia sempat berjualan di Aceh. Di Aceh tak selonggar di Batam. Pedagang tak boleh berjualan di jalanan atau persimpangan.

Setelah mempertimbangkan, Batam menjadi pilihannya mengadu nasib. 

"Sebelum di sini (Batam), kami di Aceh. Pemerintah di sana tidak memperbolehkan untuk berjualan di jalan atau persimpangan," ucap pria berkulit sawo matang tersebut.

Saat ini tak ada lagi pemberhentian kendaraan di lampu merah Simpang Jam tersebut. Pembangunan fly over membuat harapan mereka buyar. Pasalnya persimpangan itu terbilang arus kendaraan yang paling padat di kota industri ini.

Fikri dan Alan tak tahu lagi hendak berjualan di mana. Harapan lain hanya ada di lampu merah lainnya. Lampu merah Simpang Kabil menjadi tujuan mereka berikutnya berjualan mainan anak-anak yang terbuat dari plastik itu.

“Atau di simpang Indosat Baloi, serta simpang Galael Sei Panas,” kata dia dengan sedikit tersenyum.

Mainan itu mereka jual dengan harga Rp 65 ribu. Terutama untuk mainan kuda-kudaan. Terkadang mereka tawarkan lebih.

Dalam sehari bisa laku dua hingga tiga unit. Tidak banyak memang orang yang membeli dagangan mereka. Dia bilang, bisa jadi disebabkan faktor ekonomi yang terperosok saat ini.

"Laku 2 sampai 3 sehari, kadang tidak ada jual beli. Mungkin saja karena faktor ekonomi Batam. Perusahaan banyak tutup, karyawan banyak juga dipecat," kata Alan, pria berusia 32 tahun.

Padahal Alan menuturkan, ia membutuhkan biaya yang tak sedikit setiap bulannya. “Istri saya hamil anak pertama," ujarnya dengan tertunduk.

Mereka hendak mencari pekerjaan lain, tapi melihat situasi Batam sekarang, mematahkan semangatnya. 

“Banyak perusahaan yang tutup, dan pengangguran semakin bertambah, kerja di PT (perusahaan) susah, karyawan banyak kena pecat," ucapnya.

Tidak berapa lama kemudian, hujan sudah berhenti, lalu mereka bersiap-siap untuk mempersiapkan barang dagangannya untuk dijajakan diantara pengendara yang sedang berhenti menunggu lampu merah.***

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews