TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 2017 

Kisah Miris Pendidikan di Kampung Terisolir dan Sketsa Seorang Perwira

Kisah Miris Pendidikan di Kampung Terisolir dan Sketsa Seorang Perwira

Mayor Inf Oki Fitriansyah bersama murid SD Kampung Segeram yang terisolasi (Foto:Batamnews)

JIKA Ki Hajar Dewantara dan R.A Kartini masih hidup, mereka akan menangis. Isi dari secarik kertas dengan coretan sketsa iseng. Di dalamnya terlukis gambaran kondisi pendidikan bocah-bocah di Kampung Segeram. 

Ternyata yang punya 'ulah' adalah Kepala Staf Distrik Militer 0318/Natuna, Mayor (Inf) Oki Fitriansyah. Tangan kreatif perwira menengah satu ini seperti susah diam. Suara hati masyarakat segeram seperti mengusiknya.

Apalagi sejak memimpin program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-98 di Kampung Segeram, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat. Oki bertugas di bawah komando Dansatgas Letkol (Inf) Ucu Yustiana selaku Dandim Natuna.

Hardiknas nampak jadi inspirasinya. Bagaimana tidak, sebuah sekolah SD dengan murid yang bisa dihitung dengan jari seperti berjuang di tengah keterbatasan.

"Kasihan murid-muridnya, di perpustakaan terlihat kosong. Toilet nggak ada. Satu lokal hanya dua orang murid. Ini kan sekolah bukan program KB," kata alumni Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP, Semarang ini.

 

Dalam sketsa yang digambarnya juga nampak seorang anak yang sedang memanjat cengkeh. Memang tidak bisa dipungkiri, sekolah seperti sekedar formalitas di kampung ini. 

Tidak jarang mereka harus melupakan belajar jika musim cengkeh tiba. Membantu orangtua memanjat cengkeh dengan upah panjat Rp 7.500 per kilogram, menjadi kebiasaan sejak dulu.

"Harusnya moto pendidikan itu kan, tuntutlah ilmu setinggi langit. Bukan setinggi pohon cengkeh," seloroh Oki.

Kondisi kian diperparah dengan kurang antusiasnya tenaga pendidik mengajar di lokasi terpencil. Kerap kali guru yang ditempatkan datang tidak menentu di satu-satunya SD tersebut

Dalam sketsanya, Oki malah menggambar sebuah sketsa Jelangkung yang menyindir keras kondisi itu. Ia menulis semacam meme, jadilah guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Bukan jadi jelangkung, datang tidak tau kapan, pulang tidak datang-datang. 

Menggelitik memang sketsa satu ini. Tapi itulah realitanya. Salah seorang guru di SD ini, Mukhtar Hadi sempat mengungkapkan hal itu ke awak media saat diajak pihak Kodim 0318/Natuna meliput kegiatan mereka di kampung ini.

"Guru delapan orang. Jika pun ada yang ditempatkan di sini. Kadang datang sekali-kali. Cuma nggak tahu baliknya kapan. Kalau semangat anak-anak sebenarnya besar,  mereka selalu ingin belajar," sebut Mukhtar, pria asal Sedanau yang sudah 10 tahun mengabdi sebagai guru dan menetap di kampung itu.

Relawan dari Yayasan Indonesia Mengajar turut hadir bersama rombongan prajurit TMMD memberikan kelas belajar sehari di lokasi ini

 

Sekolah dasar ini pun sebenarnya terancam tutup karena banyaknya warga yang hengkang ditengah keterisoliran. 

"Yang mau masuk kelas 1 tahun ini ada empat orang. Yang mau tamat Kelas 6 ada dua orang. Nah tahun depan yang mau tamat ada tiga orang. Cuma belum terdata  yang akan menggantikan mereka. Nampaknya belum ada. Sekolah ini bahkan pernah tutup karena nggak ada murid," kata Mukhtar.

TMMD benar-benar membuat kepungan alam selama ini seakan roboh. Jalan tembus sejauh 5 Kilometer dari Kampung ini menuju Desa Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara ibarat berka. Membelah gelapnya hutan dan kuningnya lumpur.

Sekolah pun kian menjadi perhatian. Pemberitaan TMMD Natuna 2017 gencar di media. Bantuan buku terus mengalir. Perpustakaan pun mulai terisi. 

Dandim 0318 Natuna, Letkol Inf Ucu Yustiana di perpustakaan yang mulai terisi sejak pemberitaan TMMD. Sebelumnya perpustakaan ini kosong melompong

 

Nova Nesa, guru dari Kemendikbud yang 'terdampar' di lokasi ini lewat program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) turut merasakan bagaimana sulitnya kondisi.

"Iya sinyalnya kadang hilang timbul," ujar Nova, lulusan Universtitas Negeri Padang (UNP) ini.

Kehadiran Nova sebenarnya turut membantu para tenaga pengajar di tempat ini memberikan materi dan metode kekinian yang dimilikinya. Nova mengaku bertugas setahun di lokasi ini. "Ini sudah bulan ke delapan," kata wanita asal Padang Pariaman itu.

Sebuah perkampungan di Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat menyisakan banyak cerita. Sejak dulu masyarakat di sini terkurung hutan dan sungai bakau yang konon dihuni banyak buaya muara.

Istri-istri prajurit dari Persit mendorong mobil saat melakukan kegiatan dalam rangkaian TMMD

 

Jalur darat dengan medan ekstrem dan transportasi laut berjam-jam yang biasanya dilewati menuju perkampungan dengan 30-an KK tersebut. 

Bahkan para istri tentara yang tergabung dalam (Persit) pun harus bertungkus lumus menuju lokasi ini membantu kegiatan yang dilakukan suami-suami mereka.

***

Program TMMD resmi ditutup Kamis (4/5/2017). Upacara penutupan dilaksanakan di Lapangan Sepakbola Desa Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara. Penutupan dilakukan dengan upara resmi yang diinspekturi Danlanud Raden Sadjad Ranai, Kolonel (Pnb) Azhar Aditama DJ.

Dandim 0318 /Natuna, Letkol (Inf) Ucu Yustiana menyebutkan, selain membuka akses jalan, pihaknya juga melakukan renovasi sebuah mushola bernama An-Nur di Desa Kelarik Air Mali, Kecamatan Bunguran Utara, serta membangun fasilitas MCK di SD Segeram dan 5 rumah warga. Beberapa kegiatan sosial juga mereka lakukan.

Dandim 0318 Natuna, Letkol Inf Ucu menandatangani surat serah terima bangunan dari TNI ke Pemkab Natuna disaksikan Danlanud dan Asisten I Pemkab Natuna, Tasrif

 

Warga Segeram berharap akses jalan tersebut bisa membantu mereka dalam mengantar jempur anaknya ke sekolah dan membawa hasil usaha seperti kepiting dan udang. 

Kini tergantung pemerintah melanjutkan rintisan program yang dibuat TNI.***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews