Kepri Ibarat Tuan Rumah yang Tak Berkutik di Wilayah Sendiri

Kepri Ibarat Tuan Rumah yang Tak Berkutik di Wilayah Sendiri

Funtasy Island pulau Manis, Belakang Padang (foto : Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Tanjungpinang - Ketua Komisi I DPRD Kepri, Sukri Fahrial mengatakan bahwa Singapura cerdik dalam bernegosiasi dan menikmati potensi yang ada di Kepulauan Riau.

"Bertahun-tahun negara kecil itu menikmati potensi Kepri, mulai dari migas hingga udara. Udara kita berada di wilayah NKRI, diatur oleh Singapura selama puluhan tahun," kata Sukri Fahrial saat dihubungi Antaranews.com di Tanjungpinang, Senin (24/4/2017).

Singapura sangat pintar memanfaatkan peluang di Kepri, kata dia, Kepri ibarat tuan rumah yang ramah. Dengan dibatasi dengan regulasi sehingga Kepri tak bisa berbuat apa-apa.

Seperti diketahui, Funtasy Island yang berada di pulau Manis, Batam. Tempat tersebut tidak bisa diakses langsung oleh masyarakat Kepulauan Riau.

Menurut sumber Batamnews.co.id, apabila hendak menuju ke Funtasy Island, harus transit melalui Singapura. Masyarakat Batam tidak bisa langsung menuju ke sana, padahal pulau tersebut letaknya masuk ke dalam pemerintahan Belakang Padang.

Sebelumnya pulau tersebut sempat diklaim Singapura masuk ke peta negara mereka. Kemudian, setelah sempat heboh, pulau manis langsung dihilangkan kembali dari peta Singapura, yang sebelumnya sempat ditandai dengan warna menyamai peta negara tersebut.

Sukri Fahrial mengatakan, Kepri tuan rumah dari 96 persen lautan yang sebagian berbatasan dengan Singapura dan Malaysia.

"Kami sama sekali tidak alergi dengan namanya investasi, tetapi harus menguntungkan bangsa dan negara, harus mengedepankan asas keadilan, masyarakat harus semakin sejahtera. Jangan sampai investasi itu membuat bangsa ini miskin, dan semakin miskin, sementara potensi alam Kepri terus dieksploitasi," ujarnya. 

Sukhri mengemukakan Kepulauan Riau seharusnya menjadi wilayah yang kaya, karena memiliki potensi kelautan dan cadangan migas yang besar. Jika dikelola dengan benar, berpihak kepada kepentingan bangsa dan negara, ia yakin masyarakat semakin sejahtera dan negara semakin maju.

"Kita dijebak dengan regulasi yang tidak menguntungkan, dan 'ditiduri' oleh dana bagi hasil sehingga pasrah. Ini yang membuat kita miskin," katanya.

Sukhri mengibaratkan Kepri itu surga bagi pengusaha asing, karena memiliki potensi maritim luar biasa, selain posisinya sangat strategis. Di Natuna dan Anambas terdapat sumber migas, yang selama ini dikelola oleh asing.

Kondisi sekarang, menurut dia Kepri tidak diuntungkan. Dana bagi hasil yang diberikan pusat juga masih tidak adil sehingga pendapatan daerah masih sedikit.

Kondisi keuangan Kepri tercermin dari APBD Kepri tahun 2017 hanya sekitar Rp3,36 triliun. Seharusnya, pendapatan daerah dapat mencapai puluhan triliun rupiah dalam setiap tahun jika pengelolaan migas maupun lego jangkar lebih mengedepankan kepentingan "tuan rumah".***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews