Tingkat Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Batam Naik Signifikan

Tingkat Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Batam Naik Signifikan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Batam. (foto: ret/batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Batam pada tahun 2017 meningkat cukup signifikan dari periode yang sama.

Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Pudji Hastuti mengatakan, kasus kekerasan anak pada Januari hingga Februari 2016 hanya 7 kasus, sementara Januari Februari tahun ini sudah mencapai 27 kasus. "Banyak banget, naik signifikan," kata Puji.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) Yohana Susana Yembise menanggapi bahwa kenaikan angka kasus kekerasan tersebut sudah seperti gunung es.

"Sebenarnya kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan sudah turun tahun lalu. Tapi tahun ini mendadak naik lagi. Ini seperti fenomena gunung es,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA)Yohana Susana Yembise saat mengunjungi Shelter Dang Merdu, Sekupang, Senin (10/4/2017).

Hampir semua kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Batam terjadi di dalam keluarga. Dia sempat menyapa salah satu korban yang ditampung di shelter tersebut. Mereka ditangani dengan baik dan merasa kuat.

“Traumanya tak terlalu tinggi, tapi perlu didampingi pendekatan psikologis berkelanjutan. Tapi secara keseluruhan penangannya sudah baik,” jelasnya.

Ada sejumlah faktor yang mendorong naiknya kasus kekerasan terhadap anak tahun ini. Diantaranya adalah dari gadget dan pergaulan. Untuk Gadget, hubungan yang dijalin lewat media sosial kerap berujung kepada kekerasan terhadap anak.

Ketua P2TP2A Marlin Agustina Rudi mengatakan, pihaknya tengah gencar sosialisasi hingga ke tingkat RT dan RW. Salah satu yang menjadi fokus adalah mengenai bahaya penggunaan gadget oleh anak-anak.

Dia mengatakan, banyak orangtua memberikan gadget kepada anak untuk menyibukan anak. Sementara orangtua sibuk dengan aktifitas harian mereka yang lain. Kondisi tersebut kerap kali membuat anak yang belum dewasa menggunakan gadget jadi terjebak.

"Mamanya punya kesibukan sendiri, jadi anaknya dikasih gadget," kata dia.

Saat ini dia sedang fokus sosialisasi dampak negatif gadget kepada anak. Menurut dia, lebih baik orangtua mengontrol penggunaan gadget kepada anak, agar tidak ada penyalahgunaan yang berujung kepada kekerasan.

“Kami sedang sadarkan ibu-ibunya sampai ke tataran bawah. Gadget itu penting, tapi harus disesuaikan,” jelasnya.
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews