Teknologi Baru, Smartphone Pendeteksi Sperma

Teknologi Baru, Smartphone Pendeteksi Sperma

BATAMNEWS.CO.ID, Miami - Jurnal Science Translational Medicine merilis teknologi mutakhir smartphone yang mampu menganalisis kualitas sperma pria.

"Bahkan, dalam hitungan detik mampu mengungkap apakah si pria menderita infertilitas atau tidak," tulis media itu mengutip pernyataan beberapa peneliti Amerika Serikat, Rabu (22/3/2017).

Infertilitas adalah kegagalan seorang pria untuk menghamili pasangannya setelah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi.  Infertilitas mempengaruhi lebih dari 45 juta pasangan di seluruh dunia. Lebih dari 40 persen masalah kesuburan disebabkan kualitas sperma yang buruk.

Teknologi yang dijelaskan dalam jurnal Science Translational Medicine bertujuan agar seorang pria tak repot menguji kualitas spermanya. Teknologi itu membuatnya lebih murah dan mudah. 

"Ini adalah  pengujian infertilitas pria yang sederhana dan terjangkau sebagai tes kehamilan di rumah," kata co-author Hadi Shafiee, seorang dokter di divisi teknik dalam kedokteran di Brigham and Women's Hospital.

Jika pria yang menguji spermanya biasanya diserang stres sebab malu, pesimis, dan kecewa, maka dengan teknologi ini ia hanya cukup memberikan sampel spermannya di dalam kamar di sebuah rumah sakit untuk melakukannya.

Tes baru ini bekerja cepat. "Sampel sperma dicuci murni dalam waktu kurang dari lima detik". Ia bekerja dengan menggunakan kombinasi lampiran optik yang dapat terhubung ke smartphone dan perangkat sekali pakai untuk memuat sampel sperma.

Peneliti sudah menguji perangkat ini dengan menggunakan 350 spesimen semen di Massachusetts General Hospital Fertility Center.

Perangkat berbasis smartphone mendeteksi sampel sperma - berdasarkan ambang batas WHO konsentrasi sperma dan motilitas - dengan akurasi 98 persen.

"Perkembangan ini akan memberikan lebih cepat dan meningkatkan akses ke perawatan kesuburan," kata John Petrozza, Direktur MGH Fertility Center.

Perangkat ini belum tersedia untuk publik dan masih dalam tahap prototipe. Para peneliti berencana melakukan tes tambahan sebelum meminta persetujuan US Food and Drug Administration. ***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews