Pengakuan Pria Singapura Tentang "Istri Akhir Pekan-nya" di Batam

Pengakuan Pria Singapura Tentang "Istri Akhir Pekan-nya" di Batam

Ilustrasi (google.com)

DIA berusia 47 tahun. Hidup bahagia dengan seorang isteri yang sudah dinikahi sejak 15 tahun lalu. Dari perkawinan ini, pria yang seorang insinyur di Singapura ini memiliki dua anak. Istrinya adalah seorang guru.

Ia mengisi waktu akhir pekan dengan keluarga. Tetapi khusus Jumat malam saja. Sedangkan sabtu pagi,  ia pamit pada anak dan istrinya untuk bermain golf di Batam. Ia kembali lagi ke rumahnya pada Minggu malam.

"Bermain golf di Batam adalah sebuah alibi saja. Sebetulnya saya mengunjungi istri dan anak saya yang lain di Batam. Inilah yang saya rahasiakan pada keluarga selama ini," tulis pria itu di laman theasianparent.com.

Bagaimana kisahnya? Berikut adalah testimoni lengkap yang ditulisnya di laman media online yang berbasis di Singapura dan mengkhususkan diri mengupas tentang kehidupan keluarga itu:

Saya bertemu * Wati, istri saya itu, ketika pergi ke Batam di suatu akhir pekan. Waktu itu, istri saya di Singapura membawa anak-anak ke Malaysia untuk mengunjungi ibunya. Setelah mereka berangkat saya pun ke terminal feri menuju ke Batam. Saya ingin bersantai dan menyegarkan badan.

Saya mengunjung sebuah panti pijat yang paling populer di Batam. Semula saya benar-benar ingin mendapat pijatan yang bagus, dan meminta pemijat lelaki yang melakukannya. Namun saat itu hanya ada seorang wanita. Saya memutuskan untuk tidak pilih-pilih. Disodori pemijat perempuan, saya terima saja.

Ketika wanita itu melangkah ke ruangan, saya betul-betul terpana. Saya perkirakan usianya tak lebih dari 18 tahun. Kulitnya lembut, saya betul-betul ingin menyentuhnya dan memelukinya erat-erat.

Saat ia mulai memijat, saya memulai pembicaraan dengan bertanya tentang dirinya. Saya lihat ia gugup saat menjawab. Dia mengaku berusia 19 tahun, berasal dari Jawa Timur. Ia ke Batam untuk mencari nafkah.

Usai memijat, saya ingin bertemu dengannya lagi. Maka saya mengajaknya keluar untuk makam malam. Semula ia ragu-ragu. Lalu saya meyakinkannya bahwa saya hanya mengajaknya makan malam saja.

Akhirnya dia setuju. Saya memintanya datang ke salah satu restoran di dekat panti pijat ini sekitar pukul 19:00. Setelah itu, saya pun pamit pulang ke hotel.

Malam itu, saya bersiap-siap. Berdandan. Menyemprot parfum, hingga tubuhku harum. Benar-benar seperti anak sekolahan yang hendak pergi kencan pertama. Kemudian aku membeli sekotak coklat sebagai hadiah itu dia.

Begitu bertemu Wati untuk kedua kalinya, saya telah jatuh hati. Dia tampak begitu indah. Saya seperti bermimpi. Lalu mencubit diri, ternyata memang nyata.  Sambil minum, kami berbagi kisah masa lalu, tentu juga cerita-cerita yang kami alami sekarang ini.

Saya bercerita tentang pekerjaan dan keluarga, dan tak ingin menyembunyikan apapun darinya. Saat saya menyebut istri dan anak-anak, saya melihat sinar kekecewaan di matanya. Lalu kami beralih ke cerita lain.

Setelah makan malam, saya membawa Wati kembali ke kamar hotel. Saya tidak tahu apakah itu pengaruh minuman atau para dewa yang sedang bertaruh. Tapi apa pun alasannya, saya dan Wati telah melakukan sesuatu yang mengubah hidup dan saya sampai batas tertentu.

Setelah berhubungan selama empat bulan dengan Wati, saya memutuskan membelinya sebuah rumah di Batam. Beberapa bulan kemudian Wati melahirkan bayi perempuan yang cantik, berkulit lembut. Saya sangat gembira dan sukacita. Saya memang menginginkan bayi perempuan!

Sekarang putri kecil saya sudah berusia 5 tahun. Ia menyapa saya "ayah" dan selalu memeluk saya erat-erat. Ketika Wati hamil anak yang kedua, saya membelinya rumah yang lebih besar.

Hingga kini saya masih mengunjungi Wati dan anak-anak saya itu setiap akhir pekan.

Istri saya di Singapura benar-benar tidak tahu tentang rahasia 'golf' saya itu, sehingga semuanya berjalan dengan lancar. Saya memiliki hubungan yang baik dengan anak-anak dan tidak ada yang saya abaikan.  Saya mengirim uang untuk Wati secara teratur agar dia tak perlu bekerja.

Saya memiliki impian, di usia tua saya untuk hidup bersama Wati. Tetapi, tak pernah terfikirkan apakah saya akan membuka rahasia ini pada istri dan anak-anak saya yang di Singapura.

** Nama telah diubah untuk melindungi identitas penulis.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews