Mengintip Natuna dari Puncak Gunung Ranai

Mengintip Natuna dari Puncak Gunung Ranai

Pemandangan lepas Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna tersaji di puncak Gunung Ranai (Foto: Istimewa/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Natuna - Jalan terjal pendakian Gunung Ranai menjadi lintasan wajib. Jika hendak mendaki gunung tertinggi di Kabupaten Natuna ini, disarankan bersama orang yang hafal medan.

Memang, jalur pendakian sudah ditandai oleh para pendaki yang sering menaklukkan puncak gunung dengan ketinggian 1035 Meter di atas permukaan laut (MdPL) ini. Puncaknya kerap diselimuti awan, namun juga acap kali terlihat jernih saat cuaca cerah.

Pendakian bisa dimulai dari kawasan Ranai Darat, di kaki gunung. Kendaraan roda dua masih bisa digunakan untuk perjalanan mendaki sekitar dua Kilometer. Pohon-pohon cengkeh yang menjadi ladang warga sekitar akan terlihat di kiri-kanan. Setelah itu, barulah cerita menapaki petualangan pendakian dimulai.

Disarankan untuk membawa bekal lengkap untuk mendaki. Sekitar satu jam perjalanan, kita bisa sampai di air terjun. Hawa sejuk terasa merasuki pori-pori kulit. Perhatikan juga hewan pacet yang bakal sering nempel di kulit. Apalagi saat cuaca lembab.

Jalan terjal, bebatuan, hingga menapaki pinggir-pinggir tebing dan pohon besar yang tumbang melintang. membumbui perjalanan. Jalan terjal menguras stamina. Namun perlahan kita akan mulai sampai di puncaknya.

Gunung Ranai memiliki 3 puncak yang yakni puncak Serindit (986 MdPL) dengan ketinggian tebing 100 Meter, puncak Erik Samali, ketinggian 999 MdPL dengan ketinggian tebing 150 Meter. Yang tertinggi adalah puncak Datuk Panglima Husin (1.035 MdPL) dengan ketinggian tebingnya mencapai 200 Meter. 

Zam Jukri (38), karyawan swasta yang sempat mengikuti misi pendakian mengatakan, rasa lelah dan letihnya selama perjalan memakan waktu sekitar 2,5 jam terbayarkan dengan pemandangan indah di puncak.

"Luar biasa pemandangannya, lelah terbayarkan dengan pemandangan yang sangat cantik," ujarnya.

Puncak gunung ini terdiri dari bebatuan raksasa yang berjejer. Pemandangannya pun unik. "Batu-batu raksasa itu seperti disusun di puncak gunung. Saya biasanya jumpa batu granit raksasa di pantai. Tapi ini dipuncak gunung. Seperti sengaja disusun rapi. Uniknya disana karena ini alami," sebut Zam.

Gunung Ranai memang indah. Apalagi cuaca sangat cerah ketika tiba di puncak. Kita bisa melihat semuanya dari atas. Samudera, pulau-pulau dan kota Ranai. 

Rendi (25), warga dari komunitas Madridista Natuna mencoba merasakan trip pendakian mengakui cukup puas untuk pengalaman yang dirasakannya. Namun tiupan angin kencang harus diwaspadai, pasalnya gunung ini berada di tengah kepulauan yang dikelilingi laut

"Kehati-hatian perlu, apalagi belum ada rambu-rambu khusus, hingga pemberitahuan di kaki gunung bagi warga yang ingin mendaki," ujar Rendi.

Sambil menikmati bekal makanan nasi bungkus yang dibawanya, acara kebersamaan di puncak gunung Ranai semakin komplit. Apalagi saat kabut awan sesaat menyelimuti puncak tersebut. Hawa sejuk dan butiran uap air terasa dingin. 

Para pendaki biasanya hanya menikmati ketinggian dari puncak nomor dua, yakni puncak Erik Samali. Puncak tertinggi Datuk Panglima Husin berupa bebatuan terjal yang sulit dijamah penjelajah awam. 

Banyak dijumpai tulisan-tulisan dari cat semprot di bebatuan puncak tersebut. Hal ini menandakan kunjungan mereka yang sudah berhasil sampai ke atas.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews