ATB Kembali "Gulung" Sambungan Ilegal di Teluk Bakau dan Kampung Jabi

 ATB Kembali "Gulung" Sambungan Ilegal di Teluk Bakau dan Kampung Jabi

Petugas gabungan dari PT Adhya Tirta Batam melakukan pemutusan sambungan ilegal di Teluk Bakau dan Kampung Jabi. (foto: dok ATB)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Pencurian air dari jaringan pipa PT Adhya Tirta Batam (ATB) kembali ditemukan dan "digulung" oleh tim gabungan ATB bersama aparat kepolisian, Kamis (23/2/2017).

Pemutusan sambungan ilegal tersebut dilakukan di dua tempat terpisah. Yakni di Kampung Jabi dan Kawasan Teluk Bakau, Batu Besar, Nongsa Batam.

Di dua lokasi tersebut, petugas menemukan adanya sambungan ilegal dari pipa induk milik ATB ukuran 300 mm ke pipa PE 3/4.

Sambungan pipa ilegal itu disalurkan ke kios dan rumah-rumah liar yang ada di kawasan tersebut dengan cara penyambungan sederhana menggunakan pipa PVC.

"Kita menemukan adanya tapping yang terbilang rapi dilakukan oleh pelaku pencurian. Sambungan tersebut  menggunakan las untuk proses penyambungannya," terang Tatot Parijanto, Superintendent NRW PT ATB di lokasi penertiban.

Dari tapping tersebut, jelasnya lagi, kemudian di salurkan ke sejumlah kios-kios dan terindikasi masuk ke kawasan rumah liar.

"Ada indikasi sekitar puluhan hingga ratusan rumah liar dan kios yang menggunakan air dari sambungan tersebut,"jelasnya.

Uniknya, untuk mengelabui petugas ATB sambungan ilegal tersebut sengaja ditanam cukup dalam bersama jaringan PLN. Selanjutnya disalurkan melalui saluran drainase dan ditutupi dengan tumpukan sampah, pasir dan bangunan diatasnya.

Akibat aksi pencurian air tersebut, tidak hanya merugikan ATB namun juga merugikan pelanggan.  

Mengingat pencurian air dapat menyebabkan tekanan air kepada pelanggan menurun sehingga dapat berpotensi gangguan suplai, selain itu dapat juga mempengaruhi kualitas air yang diterima oleh pelanggan.

Tatot menambahkan, pihaknya bersama tim Legal akan segera membuat laporan ke aparat kepolisian terkait aksi pencurian air tersebut.

Sementara itu, menurut warga setempat yang enggan disebutkan namanya mengaku mereka ditawari oleh pelaku untuk bisa mendapatkan aliran air bersih tanpa harus repot-repot memenuhi berbagai persyaratannya.

Meski demikian, mereka harus membayar uang instalasi sebesar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta dan membayar iuran per bulan sebesar Rp 150 ribu per satu kepala keluarga.

"Sebelumnya kami menggunakan sumur, namun airnya kurang bagus. Makanya kami mau pasang dari dia," terang perempuan yang sehari-hari membantu suaminya dengan membuka kios rokok dan minuman ini.

Namun demikian, dirinya tidak mengetahui apa yang dilakukannya tersebut merugikan ATB dan pelanggan resmi. “Kami tahunya ada air untuk keperluan sehari-hari. Ya mau bagaimana lagi,” ujarnya.

(rilis)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews