Kisah Wanita Pemecah Batu Granit di Anambas

Kisah Wanita Pemecah Batu Granit di Anambas

Rafidah, pemecah batu granit di Anambas (Foto: Aji/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Anambas - Seorang pemecah batu granit, Rafidah (46), di Teluk Mabai, Dusun, Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas, memang tak pernah kenal lelah.

Pekerjaan memecah batu granit itu sudah ia lakoni selama 10 tahun. 

"Saye mecah batu dah 11 tahun, dari umur anak saye yang kecil umur 5 tahun sampai anak saya umur 18 tahun saya mecah batu," ujar wanita tersebut, Senin (12/12/2016) kepada batamnews.co.id.

Tak heran, tampak lengan Rafidah dan jari jemarinya, mengalami penebalan.  

Teluk Mabai, Desa Dusun, cukup jauh dari pusat Ibu Kota Anambas. Butuh waktu 30 menit menempuh daerah tersebut.

Jalan menuju Teluk Mabai penuh perbukitan, terjal dan melintasi hamparan hutan.

Saat ditemui batamnews.co.id, Rafidah tengah mengambil persediaan batu granit yang masih utuh di pinggir jalan. Dia ditemani pamannya Rais (62) yang ikut membantunya memecahkan batu.

Untuk memecahkan granit Rafidah menggunakan tali tambang kapal yang diikat melingkar untuk meletakkan posisi batu. Dengan begit tangan Rafidah terhindar dari pukulan palu dan percikan pecahannya.

"Kalau dicegat tengah batu dapat dipukul, tanganpun tak kene," kata Rafidah.

Batu granit yang dipecahkan Rafidah adalah salah satu Sumber Daya Alam (SDA) di Kepulauan Anambas. Perbukitan di Pulau Anambas memang banyak dipenuhi batu granit.

Setiap sudut jalan dipenuhi batu, dan biasanya batu granit digunakan sebagai bahan dasar bangunan. Mulai dari pembuatan tiang, hingga pengecoran lantai bangunan.

Sudah hampir 11 tahun Rafidah bekerja sebagai pemecah batu, di Teluk Mabai. Sehari, Rafidah bisa mengumpulkan batu granit hingga delapan karung beras ukuran 100 Kilogram.

Katanya jika cuaca tidak hujan, ia dapat mengumpulkan 12 sampai 15 karung batu granit. "Kalau sekarang ni lagi ngejar pesanan Dusun, buat jalan dekat nun (sana)," katanya.


Dihargai murah

Batu granit yang sudah dipecah dijual Rafidah dengan harga Rp 12 ribu kubiknya. Jika pesanan banyak, ia justru menjualnya hanya Rp 10 ribu per kubik.

Saat ditemui, Rafidah tengah menerima pesanan 24 kubik batu granit.

"Satu karung Rp 12 ribu per karung, per kubik Rp 10 ribu per karung, kalau 30 karung, Rp 300 ribu," kata dia.

Dalam memecah batu granit itu, Rafidah terkadang dibantu suaminya, Hendri (52), yang sehari-hari bekerja sebagai jagung.

Sebelumnya, Rafidah ikut membantu suami bertani jagung.

"Mau macam mane lagi, inilah hidup, yang penting kite bersyukur dan jangan lupe berdoa," katanya.

Rafidah memiliki tiga orang anak. Anaknya yang pertama sudah menikah dan berdiam di Tarempa, sementara anak kedua baru saja tamat SMP dan tidak melanjutkan sekolah lantaran ekonomi keluarga yang tidak mencukupi.

Hidup sebagai pemecah batu granit tak mencukupi bagi Rafidah.

”Anak tiga, paling kecil Kelas 1 SD. Seorang tamat SMP, tak lanjut, tak ada biaya. Dia bantu saudare yang pertama di Tarempa," ujarnya.


[aji]

 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews